Monday, June 9, 2014

Maklumat Nasyiatul Aisyiyah Tentang Pemilihan Presiden 2014


Maklumat Nasyiatul Aisyiyah Tentang Pemilihan Presiden 2014
Nomor 153/I/e/V/2014

Pergantian pemimpin nasional Republik Indonesia menjadi agenda penting proses demokratisasi bangsa karena pemimpin yang terpilih akan menentukan arah kebijakan pembangunan dan kehidupan politik Indonesia selama lima tahun mendatang. Nilai strategis Pemilihan Presiden membuat banyak kelompok masyarakat dalam aksi mendukung salah satu kandidat yang berpotensi menimbulkan perpecahan ataupun konflik.

Oleh karena itu Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah menyatakan:
1. Mendukung sepenuhnya sikap Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagaimana tertuang dalam Maklumat hasil Sidang Tanwir Muhammadiyah 2014 di Samarinda.
2. Secara institusi Nasyiatul Aisyiyah tidak berpihak pada salah satu Calon Presiden yang akan berkontestasi dalam Pemilu 2014.
3. Memberikan kebebasan kepada anggota dan pimpinan untuk menyalurkan partisipasi politiknya sebagai warga negara serta menggunakan hak pilihnya secara cerdas, bijaksana dengan pertimbangan rasional dan spiritual dalam memilih pasangan calon presiden/wakil presiden yang memenuhi kriteria yang ditetapkan Muhammadiyah.
                                                                                                                                                                                   Yogyakarta, 28 Mei 2014

Ketua Umum,                                                                                           Sekretaris


Norma Sari, S.H, M.Hum                                                                   Ulfa Mawardi, S.Pd, M.Pd



sumber: nasyiah.or.id

Hasil Tanwir Aisyiyah: Tujuh Rekomendasi Capres 2014

 
Tanwir II Aisyiyah yang berlangsung selama tiga hari ditutup Ahad siang (8/7) oleh Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini. Tanwir ini diikuti oleh 276 anggota dan ungdan dari 33 provinsi. Hasil dari Keputusan Tanwir II ’Aisyiyah menghasilkan rekomendasi kebangsaan yang ditandatangani Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini dan Sekretaris Umum Dyah Siti Nuraini.
 
Rekomendasi tersebut berisi  tujuh poin penting yang dibacakan oleh Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Rohimi Zamzam. Dalam salah satu poin yakni poin keenam, Aisyiyah mendesak kepada Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk melakukan tindakan-tindakan strategis yaitu, secara lebih serius menjalankan kebijakan yang berpihak pada kepentingan kelompok perempuan antara lain  penyediaan laoangan kerja dan perlindungan pada tenaga kerja perempuan.

Selanjutnya, menyediakan anggaran yang proporsional bagi kepentingan perempuan dalam segala bidang, menjalankan kebijakan affirmative action keterwakilan perempuan di lembaga-lembaga publik, menjalankan kebijakan yang memberikan rasa aman dan perlindungan kepada semua warga Negara dari tindak kekerasan apapun dan menindak tegas pelaku tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, menindak tegas pelaku korupsi dan memberikan hukuman yang berdampak pada efek jera para koruptor.

Dalam rangka menyongsong abad kedua Aisyiyah harus terus menerus melakukan pendidikan politik kebangsaan secara berkelanjutan dan menyiapkan kader-kader Aisyiyah untuk menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Kesemuanya itu dalam rangka mewujudkan dan melaksanakan citacita Aisyiyah terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur, bermartabat dan berdaulat.

Selanjutnya pada rekomendasi kebangsaan di poin ketujuh, Aisyiyah meminta kepada anggota legislatif yang terpilih dalam periode tahun 2014-2019 agar menjalankan amanah, tanggungjawab dan bekerja secara sungguh-sungguh  menjalankan peran dan fungsi untuk kepentingan rakyat.

‘’Saya berharap anggota legislatif bisa mencontoh model permusyawaratan Aisyiyah seperti ibu-ibu Aisyiyah yang selalu bersemangat dan luar biasa selama mengikuti Sidang Tanwir II Aisyiyah di Surakarta ini. Meskipun sidang dimulai dari pukul 08.00 dan berakhir sekitar pukul 23.00 masih tetap bersemangat dan memberikan ide-ide dan pikiran yang brilian dan maju,’’kata Noordjannah. [sp/rol]

Ulama Besar Lirboyo "KH Ahmad Idris" Wafat


Jakarta- Innalillahi wa Innalillahi Rooji'un, bangsa Indonesia kembali kehilangan ulama besar dengan wafatnya KH. Ahmad Idris Marzuki, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri.

Almarhum wafat pada pukul 09:50, di Rumah Sakit (RS) Dr. Soetomo, Surabaya. Rencananya, almarhum akan dimakamkan malam ini, pukul 20:00 WIB, di pemakaman keluarga Lirboyo.
 
Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siraj, menyatakan sangat kehilangan dan berduka terhadap wafatnya almarhum KH. Idris Marzuki.

"Sebagai murid, saya tentu sangat kehilangan dan sangat berduka. Atas nama pribadi dan Nahdlatul Ulama, saya sampaikan belasungkawa. Insya Allah, siang ini saya akan ke Kediri untuk takziah," tutur Kiai Said pada Senin pagi (9/6).

Mbah Kiai Idris merupakan ulama besar, sederhana, zuhud dan sama sekali tidak memikirkan dunia.

Kiai Said masih ingat saat Muktamar (NU) di Lirboyo dahulu, bagaimana beliau berusaha keras untuk bisa menyukseskan acara.  Padahal, fasilitas yang ada saat itu tidak sebagus sekarang. Mbah Kiai Idris meninggal dengan tenang, karena meninggalkan murid-murid dalam kondisi yang saat ini sudah baik.

Jasa almarhum, tutur Kiai Said, sangat besar sekali, tidak hanya untuk Lirboyo, tapi juga umat Islam dan warga NU pada umumnya. "Saya bertemu terakhir kemarin, 4 Juni, saat bersama-sama ke Ploso (Haul Ploso). Tidak ada pesan apapun, beliau juga masih senyum-senyum," ujar Kiai Said. Saat itu, Kiai Idris memang sudah sakit, tapi masih tenang dan cerdas saat berbicara. [sp/rol]

Hari ini Lukman Hakim Dilantik Jadi Menteri Agama

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Senin (09/06/2014) pukul 10.00 WIB, dijadwalkan akan melantik Menteri Agama yang baru pengganti Suryadharma Ali yang mengundurkan diri pada Senin (26/05/2014) lalu di Istana Negara, Jakarta.
 
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Suryadharma Ali mengundurkan diri dari jabatannya selaku Menteri Agama menyusul penetapan dirinya sebagai tersangka korupsi kasus haji pada 2012. Sesaat setelah Suryadharma Ali mundur, Presiden SBY menunjuk Menko Kesra Agung Laksono sebagai Menteri Agama Ad Interim.

Dalam masa tugasnya yang sangat singkat itu, Menteri Agama Ad Interim Agung Laksono telah berhasil menyelesaikan pergantian jabatan Dirjen Penyelenggaraan Umroh dan Haji, dari Anggito Abimanyu yang mengundurkan diri karena alasan akan berkonsentrasi menghadapi kasus hukum yang terkait Suryadharma Ali kepada Abdul Djamil yang sebelumnya menjabat sebagai Dirjen Binmas Islam.

Selain itu, Agung Laksono juga telah menetapkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 1435H/2014M tentang Pembayaran Biaya Penyelengagraan Ibadah Haji (BPIH) Reguler Tahun 1435H/2014M menyusul ditandatanganinya Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2014 tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Tahun 1435H/2014M oleh Presiden SBY pada 30 Mei 2014.

Terkait dengan pengisian jabatan Menteri Agama ini, Presiden SBY saat melakukan kunjungan kerja ke Batam, Kamis (05/06/2014) telah memanggil Wakil Ketua Umum DPP PPP yang juga Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saefudin.

Seusai bertemu Presiden SBY, Lukman Hakim Saefudin yang juga merupakan putra mantan Menteri Agama KH. Saefudin Zuhri itu mengaku mendapatkan amanah baru untuk menjadi Menteri Agama menggantikan Suryadharma Ali yang telah mengundurkan diri.

“Insya Allah dilantik Senin (09/06/2014),” kata Lukman Hakin kepada wartawan dikutip laman Setkab.

Lukman menilai, kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh Presiden SBY kepadanya sebagai suatu kehormatan. “Ini sebuah kepercayaan yang luar biasa berat, karena beban dan tanggung jawab yang ada dan waktu yang tersedia tidak panjang. Hanya empat bulan,” ujar Lukman Hakim.

Namun demikian, Lukman menilai, posisi barunya itu sebagai ladang ibadah. Ia berjanji akan membawa Kementerian Agama (Kemenag) khususnya, dan kehidupan beragama umumnya menjadi makin baik.[sp/hidayatullah]

Sunday, June 8, 2014

Adzan Pertama Kali Berkumandang di Vatikan

Jakarta- Berkumandangnya adzan di Vatikan untuk pertama kalinya dalam sejarah menujukkan dakwah Islam berkembang Pesat di pusat Ibu Kota Italia, Roma. Hal ini sungguh luar biasa dan patut disyukuri.

Mantan duta besar RI untuk Qatar, Abdul Wahid Maktub, menyatakan Masjid terbesar di Eropa saat ini berada di Roma, yang notabene dekat sekali dengan Vatikan (ibarat negara dalam negara).

"Mendengar dan membaca berita ini, bagi saya suatu hal biasa dan tidak terlalu mengejutkan. Namun, patut disyukuri perkembangan dakwah Islam di pusat kota Roma sungguh luar biasa," tutur Abdul Wahid saat dihubungi Republika, Ahad malam (8/6).

Kegiatan semacam ini membawa pesan dunia bahwa konflik Arab (Palestina) - Israel sebenarnya bukanlah konflik agama, melainkan konflik politik.  Itu sebabnya, agama harus dimanfaatkan sebagai salah satu instrumen penyelesaian dan solusi konflik Palestina, bukan justru  memperparah konflik yang ada.

Upaya Vatikan ikut membantu  mediasi konflik itu patut dihargai semua pihak. "Namun, saya masih tetap pesimistis karena sudah banyak resolusi PBB yang tidak dipatuhi Israel, apalagi negara kecil Vatikan. Padahal, PBB adalah badan dunia," tuturnya.

Ketua DPP PKB itu juga berharap pendekatan baru upaya mediasi Vatikan akan membawa dampak yang baik terhadap kesadaran publik.

Agama dan Tokoh Agama dapat memainkan peranan yang cukup signifikan bagi upaya terciptanya perdamaian dan keamanan dunia (world peace and security). "Saya sendiri pernah beberapa kali melakukan sholat jum'at di Mesjid terbesar di Eropa itu," papar Abdul Wahid.

Ia juga merasa sangat terkejut karena jamaahnya membludak luar biasa, penuh dan tidak ada tempat yang kosong.

Pemandangan yang sungguh indah adalah jamaahnya sungguh sangat beragam, bahkan tidak sedikit yang berkulit putih alias orang asli roma sendiri. Artinya, jelas Abdul Wahid, kegiatan Adzan, membaca Alquran dan Sholat di Roma, yang sangat dekat dengan Vatikan, bukanlah suatu kegiatan baru yang dianggap aneh dan unik, tetapi sudah menjadi pemandangan biasa.[sp/rol]

Muhammadiyah Mengentaskan PSK Dolly Dengan Bantuan Modal Usaha


12 dari 18 warga binaan Ormas Muhammadiyah Surabaya, Jawa Timur dari lokalisasi Jarak dan Gang Dolly, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan mendapat bantuan usaha. Di tengah suasana di lokalisasi tengah bergejolak akibat rencana penutupan lokalisasi oleh Pemkot Surabaya pada 18 Juni mendatang.

Hari Minggu (8/6), ke 12 orang terdiri lima orang pekerja seks komersial (PSK) aktif, dua eks PSK, mucikari dan warga setempat itu menerima santunan di Kantor Muhammadiyah di Jalan Sutorejo, Kecamatan Mulyorejo, Surabaya oleh Lembaga Zakat Nasional Muhammadiyah (Lazismu).

Bantuan yang diberikan itu, berupa peralatan rumah tangga, bantuan usaha secara berkala lewat tabungan bank niaga syariah dan modal usaha berupa uang tunai Rp 400 ribu.

"Saat ini, baru 12 orang yang menerima bantuan itu, sisanya menyusul. Bantuan ini kita lakukan sembunyi-sembunyi, karena khawatir mereka mendapat intimidasi dari yang menolak penutupan lokalisasi. Mereka yang mendapat bantuan usaha itu adalah warga binaan yang berada di lokalisasi Dolly dan Jarak," terang Ketua Muhammadiyah Surabaya, Zayin Chudlori.

Menurut Zayin, pembinaan terhadap PSK, mucikari dan warga di Jarak dan Gang Dolly terus dilakukan pihaknya untuk mengentas masalah sosial di masyarakat. Terlebih, adanya rencana Pemkot Surabaya, yang akan menutup lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu pada 18 Juni mendatang.

"Pembinaan ini rutin kami lakukan. Kita juga mencari solusi sebagai dampak penutupan yang dilakukan pemerintah. Untuk pembinaan sendiri, kita memiliki 25 orang relawan yang siap turun melakukan pembinaan. Kita harus selamatkan mereka dari lembah hitam, kita ajak mereka untuk bersama-sama menjadi baik," papar dia.

Senada, Ketua Relawan, Arif AN menjelaskan, pembinaan yang dilakukannya sejak Oktober 2013 lalu, tidak terpengaruh dengan rencana penutupan lokalisasi yang dilakukan Pemkot Surabaya. "Ditutup atau tidak, yang kita pikirkan masalah sosial dan mengentaskan mereka dengan memberi jaminan usaha," katanya.

Dia mengatakan, pembinaan yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti pengetahuan agama, memberi bantuan sosial dan pelatihan kerja. "Pembinaan yang kita lakukan bertahap, kita tidak memaksa mereka untuk keluar dari kehidupannya yang sekarang, tapi kami memberikan penyadaran melalui ilmu keagamaan," tandas dia.

Sedangkan ST (40), PSK lokalisasi Jarak, yang masih aktif menjajakan diri, mengaku sangat senang dengan bantuan itu. Dia mengucap banyak terima kasih. Meski masih kerap melayani tamu-tamunya untuk memberi service cinta satu malam, dia mengaku sangat ingin sekali bertaubat dan keluar dari kehidupannya yang sekarang.

"Saya memang masih aktif, saya sudah 10 tahun di Jarak, tapi sekarang sudah jarang. Saya terima kasih mendapat perhatian, dan saya ingin berhenti dari kehidupan yang sekarang dan ingin bekerja halal," ujar PSK yang mengaku beranak dua itu.(sp/md)

Robot Siswa SD MUHAMMADIYAH Raih Juara di Singapura

Empat murid SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya, Jawa Timur, sukses menggondol juara pada lomba Robocup Singapore 2014 di Singapura. Karya mereka, robot tempat sampah otomatis, menyisihkan 20 tim dari Singapura, Tiongkok, Thailand, dan Malaysia.

Nova, nama robot hasil rakitan murid SD Muhammadiyah 4, diganjar juara pertama kategori robot kreatif. Nova memang bisa berjalan menyusuri ruang kelas dan mengampiri siswa maupun guru yang hendak membuang sampah. Robot tempat sampah ini bisa membuka dan menutup sendiri penutup tempat sampah.

"Robot dilengkapi dengan sensor inframerah yang mampu mendeteksi barang maupun tangan orang," kata Endik Setiawan, guru pembimbing keempat siswa.

Endik menerangkan, Nova dikendalikan oleh program Android yang ada pada sebuah smartphone. Program itu bertugas mengirimkan perintah melalui bluetooth. Tak cuma maju dan mundur, menurut Endik, Nova juga bisa berbelok arah. Menurutnya biaya pembuatan Nova tergolong murah. Cuma Rp250 ribu. Waktu perakitan robot sampah ini pun tak lama, sekitar dua pekan. (Metrotvnews/SP)

‘Aisyiyah Siap Dirikan Universitas Perempuan Pertama di Indonesia

‘Aisyiyah dalam waktu yang tidak lama lagi siap mendirikan Universitas ‘Aisyiyah pertama di Indonesia, dan kemungkinan besar akan didirikan di kota Bandung dengan mengakselerasi STIKES ‘Aisyiyah yang ada menjadi Universitas ‘Aisyiyah.

“PP Muhammadiyah berharap ‘Aisyiyah mampu mendirikan Universitas yang dikelola oleh ‘Aisyiyah sendiri. Salah satunya di kota Bandung Jawa Barat, di kota tersebut telah berdiri Stikes ‘Aisyiyah yang dalam waktu dekat rencananya akan berganti nama menjadi Universitas Aisyiyah,” papar Siti Noorjannah Djohantini, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah dalam pidato Iftitah dalam Sidang Tanwir II di STIKES ‘Aisyiyah, Solo, Jateng, Jum’at (6/6). 

Sebelumnya dalam pembukaan Sidang Tanwir II ‘Aisyiyah, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan harapannya untuk didirikannya Universitas ‘Aisyiyah. “Kader-kader ‘Aisyiyah sudah banyak yang bergelar Profesor, S-3, apalagi S-2 yang dengan begitu banyak sumber daya yang mumpuni, sudah selayaknya mampu mendirikan Universitas ‘Aisyiyah,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua Umum PP ‘Aisyiyah dalam Sidang Tanwir II ini juga berharap, peserta Tanwir mampu menyumbangkan pemikiran-pemikiran untuk bangsa dan mampu dimanfaatkan sebagai sarana refleksi dan evaluasi sejauh mana keputusan Muktamar bisa dilaksanakan di Wilayah Daerah Cabang maupun Ranting. “Sidang Tanwir II Aisyiyah dapat dijadikan ajang untuk berbagi informasi yang lengkap walaupun dalam waktu yang terbatas, sehingga dapat diketahui sejauh mana perkembangan ‘Aisyiyah di seluruh Indonesia,” jelasnya. (muhammadiyah.or.id/SP)

Saturday, June 7, 2014

Nama Prabowo dan Jokowi Tidak Ada Kaitannya Dengan Nomor Surat Al Qur'an

Belakangan ramai beredar broadcast BBM yang mengklaim berasal dari salah satu Da'i kondang namun kami belum bisa mengkonfirmasi apakah broadcast pesan tersebut memang dari Da'i tersebut atau hanya fiktif saja dan broadcast BBM ini dimuat di salah satu media online  suaranews.com ini linknya  bukan-syirik-aa-gym-menguak-tanda-alam 

Terlepas dari siapa pengirimnya, content atau isi broadcast BBM tersebut tidaklah pada tempatnya mengaitkan nama Capres yang sedang ikut kontestasi Pilpres 2014 dikaitkan dengan Nomor ayat - ayat Al Qur'an dan makna Al Qur'an.

Ajakan itu disebar melalui BlackBerry Messenger. Kami menerima pesan tersebut, berikut isinya:
Bbm dari AA Gym: NOT syirik or PERCAYA akan angka2! ABATA[Ayo Baca Tanda-Alam(y)]Jika A=1, B=2, C=3, ...,dst Z=26Maka :[1] P+R+A+B+O+W+O = 16+18+1+2+15+23+15 = 90
Yang unik ternyata[2]I+N+D+O+N+E+S+I+A = 9+14+4+15+14+5+19+9+1 = 90[3] Q.S. 90 >> Al Balad = NEGERI Insha Allah PRABOWO adalah pilihan Allah utk memimpin bangsa
Kemudian ada juga yang menulis

           Coba hitung JOKOWI J+0+K+0+W+I= 10+15+11+15+23+9 = 83.

           83 tuh di Al Quran mah Al Muthaffifiin (Orang2yang Curang)

            KEBETULAN..? Atau PERTANDA....??? 


Maka Broadcast  tentang nomor dan angka sebagai tafsir alquran patut dihindari dan jangan dianggap remeh bahkan hanya sebagai hiburan.
Tidak ada satupun dalil dr nash yg membolehkan sebaiknya utak atik gathuk seperti ini kita tinggalkan karena membahayakan akidah dengan menyandarkan nasib seseorangg pada hal selain Allah adalah tindakan tathayyur.

Kita dorong seluruh pihak agar berkampanye secara sehat dan menjauhkan diri dari sikap ghuluw agar kita termasuk dalam orang - orang yang beruntung.

Hendaknya kita lebih mengedepankan rasionalitas dan keilmuan sehingga tidak mengganggu aqidah kita hanya karena urusan Pemilihan Presiden.

Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

dan barangsiapa mengatakan tentang al-Qur'an dengan pendapatnya, maka bersiap-siaplah menempati tempatnya di neraka [HR. Turmudzi dari Ibnu Abbas]

مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَأَصَابَ فَقَدْ أَخْطَأَ

"Barangsiapa mengatakan tentang Al Qur`an dengan pendapatnya, maka dia tetap salah walaupun pendapatnya benar." [HR. Turmudzi dari Jundub bin Abdillah]

*redaksiSP


Tafsir At Tanwir : (QS. Al-Baqarah ayat 102 - 103) Orang-Orang Yahudi Belajar Sihir

(102) Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir. Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan isterinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir sekiranya mereka tahu (103). Dan jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah lebih baik, sekiranya mereka tahu.

Terlebih dahulu dikemukakan munasabah antara ayat-ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya. Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan bahwa nabi Muhammad diutus Allah dengan membawa wahyu yaitu Al-Qur’an yang membenarkan kitab Taurat. Namun kenyataannya adalah bahwa sebagian besar Ahli Kitab tidak memelihara kemurnian kitab mereka, sehingga mereka tidak lagi menempuh jalan yang benar. Selanjutnya dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan bahwa dalam upaya dan usaha mereka untuk mengacaukan ajaran Islam, mereka berusaha untuk menyebarkan sihir yang mereka pelajari dari nenek moyang mereka sejak zaman Nabi Sulaiman. Bahkan, mereka menganggap bahwa sihir itu adalah termasuk ajaran Nabi Sulaiman.

Sihir (al-sihr) adalah berupa usaha pengelabuan penglihatan, pikiran atau perbuatan manusia.                  Al-Maraghi memaknai sihir sebagai perbuatan yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang dan juga apa sebabnya tidak mudah diketahui orang lain. Dalam hal ini ada dua pendapat ulama tentang sihir, yaitu 1) Ada yang disebut sihir gaib (celestial magic) yang dihubungkan dengan berbagai macam roh yang dipercaya menguasai planet-planet dan berpengaruh terhadap alam nyata. 2) Shir alami (natural magic) yaitu seni atau cara memanfaatkan kekuatan alam sehingga menghasilkan sesuatu yang tampak  atau terasa lain, gaib, adikodrati (supernatural).
Sihir dalam bahasa Arab banyak artinya, antara lain menyihir dan menyulap mata orang banyak dengan tongkat atau tali temali, sehingga tampak seperti ular di mata atau dalam khayal mereka. Akan tetapi telah diperingatkan bahwa perbuatan yang akan merusak kemanusiaan yang dilakukan para penyihir itu tidak akan berhasil. Hal itu karena kepercayaan kepada sihir dan praktik sihir itu adalah kufur dan berlawanan dengan keimanan (tauhid). Sihir juga berarti pesona, seperti orang yang terpesona oleh suatu penampilan atau oleh suatu retorika dalam kata-kata, seperti dalam Hadits, bahwa kefasihan sama dengan sihir, yaitu sama-sama membuat pendengarnya terpesona.

Fitnah dengan makna al-ibtila dan al-ikhtibar yang artinya cobaan dan ujian. Syayathin adalah bentuk jamak dari syaithan yang bisa berarti setan-setan, tapi juga bisa seperti manusia yang berperilaku seperti setan. Karena itu, maka makna Syayathin pada ayat di atas lebih cocok manusia-manusia yang bertingkah laku seperti setan.

Ayat 102 ini tidak terlepas dari ayat 101 sebelumnya, dijelaskan bahwa sebagian Ahli Kitab dalam hal ini sebagian pendeta-pendeta dan ulama-ulama Yahudi meninggalkan kitab mereka (Taurot) dan mengikuti bisikan manusia-manusia setan yang mengajarkan sihir pada masa Nabi Sulaiman. Mereka lebih suka mengikuti praktik sihir yang diajarkan oleh manusia-manusia setan itu di masa Nabi Sulaiman dibandingkan mengikuti dan mengamalkan kitab Taurat yang diajarkan oleh Nabi Musa. Ayat ini membantah tuduhan kelompok Yahudi yang mengatakan bahwa sihir adalah ilmu yang diajarkan Nabi Sulaiman, bahkan sampai kepada anggapan bahwa Nabi Sulaiman mendapat kekuasaan dan mencapai kejayaan berkat sihir tersebut. Oleh karenanya, mereka sepakat untuk mempelajari kitab sihir, sedangkan Kitab Taurat yang dibawa dan diajarkan Nabi Musa mereka tinggalkan. Berita tercela mengenai Sulaiman tersebut tersebar sampai datangnya Rasulullah. Kemudian Allah menurunkan ayat ini kepada Rasulullah yang membersihkan Sulaiman dari celaan tersebut.

Ayat 102 di atas menginformasikan bahwa orang-orang Yahudi mengikuti sihir yang diajarkan oleh setan di masa Sulaiman bin Daud, meskipun mereka mengetahui kalau hal tersebut salah. Mereka menuduh bahwa Sulaimanlah yang menghimpun kitab sihir dan menyimpan di bawah tahtanya, kemudian dikeluarkan dan disiarkanya. Dugaan yang demikian adalah suatu pemalsuan dan perbuatan yang tidak masuk akal (irasional), malah dipengaruhi oleh hawa nafsu. Nabi Sulaiman tidak pernah mengajarkan sihir dan tidak pula mempraktikannya karena dia mengetahui bahwa sihir itu termasuk mengingkari Tuhan yang amat mustahil dilakukan oleh seorang nabi dan rasul seperti Sulaiman. Nabi dan Rasul adalah orang yang dipelihara oleh Allah dari melakukan hal-hal yang tidak baik (ma’shum)

Mengenai Harut dan Marut yang disebutkan dalam ayat ini adalah dua orang manusia di Babilonia, sekitar Sungai Furat di Irak yang berpura-pura seperti orang bertakwa, bahkan digambarkan bagaikan dua orang malaikat yang diturunkan dari langit. Keduanya mengajarkan sihir kepada masyarakat, sementara mereka mengira bahwa ilmu yang mereka ajarkan itu merupakan wahyu dari Allah. Keduanya sangat pandai menipu dan menjadi itikad baik masyarakat kepada mereka dimana keduanya mengatakan kepada setiap orang yang ingin belajar kepada mereka berdua, “Kami hanyalah cobaan, janganlah kamu menjadi kafir,” yakni bahwa mereka para penguji “yang akan menguji kamu, akan bersyukur atau akan kufur. Maka kami menasihati kalian janganlah menjadi kafir”. Mereka berkata demikian hanyalah untuk memberi kesan bahwa ilmu yang mereka bawa itu berasal dari Tuhan. Akan tetapi tujuan yang sebenarnya adalah untuk merusak keharmonisan dalam masyarakat. Orang-orang Yahudi punya banyak tahayul. Mereka percaya bahwa sihir yang diturunkan kepada mereka melalui dua orang tersebut benar-benar dari Tuhan. Al-Qur’an datang membantah anggapan mereka yang keliru tersebut. Bahkan mengecam keras mereka yang mempelajari dan mengajarkannya. Dan terhadap orang yang mempraktikkan sihir dinyatakan oleh Allah bahwa di akhirat kelak mereka tidak mendapatkan kebahagiaan sedikit pun.

Selanjutnya Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa sihir tidak memberikan manfaat sedikitpun kepada manusia bahkan hanya akan memberi mudharat. Di antara bahaya yang ditumbulkan oleh sihir adalah membawa pelakunya kepada kekafiran, dan juga bisa memisahkan seseorang suami dengan isterinya, atau seorang isteri dari suaminya. Hal itu tentunya tidak sesuai dengan tujuan perkawinan dalam Islam, yaitu membina rumah tangga dalam Islam, yaitu membina rumah tangga sakinah, penuh dengan kasih dan sayang (mawaddah wa rahmah) Oleh karena itu, Allah mengancam orang yang melakukannya dengan siksaan.

Orang-orang Yahudi sebenarnya sudah mengetahui kalau sihir itu mendatangkan mudharat kepada manusia, oleh karena itu seharusnya mereka membencinya. Mereka melakukannya karena ada tujuan-tujuan jahat yang terkandung di hati mereka, yaitu untuk menyesatkan umat islam. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa sihir yang mereka lakukan itu sangat jelek, dan karenanya Allah menggambarkan bahwa orang memilih sihir sebagai hal yang menyenangkan baginya bagaikan orang yang menjual iman dengan kesesatan. Gambaran seperti itu adalah untuk menyingkapkan selubung mereka agar kesadaran mereka terbuka dan mengetahui bahwa manusia diciptakan untuk berbakti kepada Allah dengan ungkapan lain, andaikata mereka telah jauh tertipu, sehingga mereka beranggapan bahwa sihir itu termasuk ilmu pengetahuan dan mereka merasa puas dengan ilmu yang tidak terbukti kebenarannya dan tidak memberikan pengaruh apapun kepada jiwa seseorang kecuali dengan izin allah.

Di akhir ayat 102 ini allah menjelaskan bahwa orang Yahudi, baik sebelum maupun sesudah nabi Muhammad telah mengetahui siapa yang menukar pedoman yang terdapat dalam kitab Allah dengan sihir, maka di akherat kelak dia tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa. Hal ini sebenarnya telah mereka pahami dan yakini, karena dalam kitab suci mereka sihir itu dilarang, sedangkan pelaku dan pengajarnya diancam dengan siksa yang pedih. Akan tetapi, keyakinan tersebut tidak berpengaruh kepada sikap dan perbuatan mereka, terbukti dengan praktik sihir yang mereka lakukan sehari-hari. Barangkali ada keuntungan material yang mereka peroleh dari sihir tersebut, namun hal itu bukanlah manfaat, malah merupakan keburukan yang akan menjerumuskan mereka kepada kesengsaraan.

Selanjutnya ayat 103 menjelaskan bahwa jika orang-orang Yahudi percaya kepada Kitab (Taurat) mereka, dan bertakwa dalam arti mereka yang belajar sihir itu beriman kepada Allah dan takut kepada adzhab-Nya, tentulah mereka akan mendapat pahala yang besar dari Allah. Allah juga menerangkan bahwa mereka itu dalam setiap perbuatan dan kepercayaan tidak didasarkan kepada ilmu pegetahuan yang benar, karena kalau mereka itu mendasarkan keprercayaan dan perbuatan mereka itu kepada ilmu pengetahuan, tentulah mereka percaya kepada Nabi Muhammad dan mengikuti jalan yang dibawanya dan tentu saja mereka termasuk orang berbahagia. Tetapi kenyataannya mereka hanya mengikuti dugaan dan bertaklid semata bahkan mereka dikendalikan oleh hawa nafsu.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sihir bukan berasal dari Nabi Sulaiman sebagimana anggapan orang-orang yahudi. Akan tetapi diajarkan oleh dua orang malaikat atau orang yag berpura-pura sebagai malaikat sebagai ujian bagi manusia. Ujian tersebut guna memilah mana yang benar-benar beriman dan mana pula yang tidak benar atau lemah imannya.

Sihir dengan berbagai bentuknya sepanjang masa adalah perbuatan yang perlu diwaspadai dan dijauhi karena bisa menyeret pelakunya kepada kekafiran atau kemusrikan. Bahkan di samping itu akan berdampak negatif terhadap keutuhan keluarga dan kerukunan serta kententraman masyarakat.
(suaramuhammadiyah/SP)

Wajah Islam di Museum Louvre Menara Eifell Paris

Selain mengunjungi Menara Eiffel, wisatawan dunia yang memadati Paris, Prancis, pada umumnya juga tidak akan melewatkan Museum Louvre. Museum yang menempati bangunan bekas istana raja ini menyedot jutaan wisatawan datang dalam setahun.

Sedikitnya, 350 ribu koleksi museum dipajang. Satu koleksi yang paling masyhur adalah lukisan Monalisa. Pengujung dari berbagai negara selalu berdesakan untuk bisa menyaksikan lukisan karya Leonardo Da Vinci itu dari dekat.

Selain itu, mereka pun berebut berfoto dekat Monalisa. Piramid kaca di bagian museum menjadi ciri khas dan lokasi pilihan para pengunjung untuk berfoto. Popularitas piramid kaca dan museum kian menanjak setelah menjadi lokasi pengambilan gambar film Da Vinci Code.

Selain karya seni dari para seniman kenamaan Eropa zaman dulu, Museum Louvre juga menyimpan benda-benda peninggalan sejarah peradaban Islam. Benda-benda tersebut dikumpulkan di satu area bernama Islamic Art Department.

Di sini tersimpan berbagai jenis benda yang menggambarkan perjalanan sejarah Islam. Ruangan Islamic Art Departement terdiri atas  dua lantai. Letaknya di sayap Denon museum itu. Secara keseluruhan, museum ini berbentuk huruf U dan terdiri atas tiga bagian.

Masing-masing bagian bernama sayap Richelieu, Sully, dan sayap Denon. Di dekat pintu utama masuk kumpulan koleksi peninggalan sejarah Islam, terpampang ringkasan perjalanan Islam pada masa kekhalifahan.

Koleksi benda sejarah Islam dipayungi atap kaca berbentuk sepeti karpet terbang. Seluruh ruangan Islamic Art Departemen luasnya mencapai 3.000 meter persegi. Dinding berwarna hitam menjadikan peninggalan kebudayaan Islam itu warnanya lebih kontras.


Desain ruangan Islamic Art Departement ini dibuat melalui kontes dunia. Pemenangnya adalah arsitek dari Milan, Italia Mario Bellini, yang bergabung dengan koleganya asal Prancis, Rudy Ricciotti. Kompetisi desain ruangan berlangsung pada 2005.

Secara resmi, bagian koleksi budaya Islam Museum Louvre itu dibuka pada 22 September 2012. Sehari menjelang pembukaan, Mario Bellini, menjelaskan konsep atap kaca mirip karpet terbang yang melindungi koleksi peninggalan Islam tersebut.

“Sesungguhnya konsep ini tidak merujuk sama sekali pada karpet terbang, tapi ini bentuk penghormatan terhadap koleksi Islam dan dikombinasikan dengan pengetahuan saya soal konteks budaya dan geografi perkembangan Islam,” tuturnya seperti dimuat archdaily.com.

Kurator bagian sejarah Islam Museum Louvre, Sophie Makariou, mengungkapkan, desain ruangan dibuat supaya pengunjung nyaman dan bebas menikmati benda-benda peninggalan sejarah Islam. Koleksi benda bersejarah di sana sekitar 3.000 barang.

Mereka dikelompokkan dalam empat bagian berdasar periodenya. Bagian pertama periode abad ke-7 M hingga abad ke-11 M, abad ke-11 hingga pertengahan abad ke-13, abad ke-13 hingga abad ke-16, dan  abad ke-16 M hingga abad ke-18 M.

“Lewat koleksi ini kami ingin berbagi soal keragaman sejarah Islam dalam 1.300 tahun,” tuturnya seperti dikutip laman  the economist. Benda-benda yang dipajang merupakan hasil seleksi dari lebih 20 ribu objek peninggalan sejarah Islam.

Dia berharap dari koleksi itu ada banyak hal yang bisa dipelajari. Selain dikelompokkan secara kronologis, penempatan koleksi-koleksi itu juga dibuat gradual. Di bagian dekat gerbang utama dipampang benda-benda yang tidak langsung berhubungan dengan ajaran Islam.

Misalnya, keramik-keramik peninggalan para pemimpin yang menguasai dunia Islam di masa lalu. Semakin masuk, warna religiusnya semakin kental. Benda-benda yang dipajang semakin langsung berhubungan dengan ajaran Islam.

Seperti mushaf Alquran, serpihan mihrab masjid bertuliskan ayat Alquran, juga lampu-lampu yang digunakan untuk tadarus Alquran pada zaman dulu.

Meski tidak seramai bagian yang menyimpan lukisan Monalisa, bagian budaya Islam Museum Louvre terus didatangi pengunjung dari berbagai negara.

Selain lewat tulisan singkat di dinding, penjelasan perjalanan sejarah Islam juga disediakan dalam bentuk video yang bisa dinikmati pengunjung melalui komputer mini. (ROL/SP)




PW Muhammadiyah Jawa Timur Siap Rehabilitasi Dolly dengan Pemberdayaan


Surabaya - PImpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (Jatim) mendukung rencana Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini untuk menutup lokalisasi prostitusi Dolly pada 18 Juni 2014. Muhammadiyah bahkan bersedia membantu merehabilitasi Dolly pascapenutupan dengan memberikan pendampingan dan bantuan modal usaha.

‘’Kami mendukung program Bu Risma menutup Dolly meskipun ada pihak-pihak yang menolaknya. Justru, pihak-pihak yang menentang penutupan itu harus diluruskan logika berpikirnya,’’ ujar Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim, Najib Hamid, Jumat (6/6)

Para pekerja seks komersial (PSK), mucikari hingga lembaga swadaya masyarakat (LSM) disebutnya mati-matian menolak Dolly ditutup dengan alasan melanggar hak asasi manusia (HAM). Padahal, kata dia, lokalisasi prostitusi merupakan bentuk perbudakan. Dia menyebutkan, sejatinya PSK tidak memiliki niat untuk menjual diri. Sehingga, penutupan Dolly sebagai langkah untuk meningkatkan martabat manusia. 


Belum lagi ancaman lain jika prostitusi Dolly dibiarkan beroperasi yaitu anak-anak di sekitar Dolly yang menjadi korban asusila. Salah satunya penyebaran virus mematikan yakni HIV/AIDS. 

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, kata dia, maka Pemkot Surabaya harus mengedepankan dialog. Apalagi, Indonesia adalah negara demokrasi yang mengedepankan dialog. Kalaupun ada pihak yang menolak penutupan Dolly maka perlu diadakan dialog tanpa ada kekerasan. Tak ingin Pemkot Surabaya melakukan berjuang sendiri, pihaknya mengaku siap memberikan bantuan untuk rehabilitasi Dolly pascapenutupan. Namun bukan dengan cara anarkis seperti demonstrasi dan pentungan saat eksekusi penutupan.

Sebenarnya, kata dia, program yang ditawarkan pihaknya untuk rehabilitasi Dolly bukanlah program baru. Dia menyebutkan, sejak awal tahun 2011 lalu, pihaknya telah meluncurkan program khusus yaitu dakwah di lingkungan lokalisasi. Dana program itu berasal dari donator Muhammadiyah. 

Dia menceritakan, Muhammadiyah telah memberdayakan penghuni bekas lokalisasi Dupak Bangunsari dan Kremil, seperti pelatihan kewirausahaan. Tak hanya itu, pihaknya juga memberikan modal untuk usaha secara bertahap. Diantaranya, memberikan uang untuk modal sebanyak Rp 10-15 juta per kios. Masyarakat kemudian memanfaatkan bantuan modal itu untuk membuka usaha seperti cuci pakaian. Dakwah ini, kata dia, diakui cukup berhasil bahkan kini menjadi program unggulan. Program inilah yang akan dilanjutkan di Dolly. 

‘’Meski kami belum (terlibat) terlalu jauh tetapi kami akan terus memberdayakan masyarakat dan memberikan pendampingan penghuni Dolly. Jadi benar-benar mengangkat martabat,’’ ujarnya. (republika/SP)

Praxis and Religious Authority in Islam: The Case of Ahmad Dahlan, Founder of Muhammadiyah

Description
Otoritas tertinggi dalam Islam adalah al-Qur'an dan hadis. Namun pertanyaan akan siapa yang paling otoritatif untuk menafsirkan dua sumber hukum tersebut hingga sekarang terus menjadi perdebatan. Para ahli Islam setidaknya mencatat beberapa sumber otoritas dalam Islam. Pertama, karena sumber utama Islam berbahasa Arab, maka hanya mereka yang paham struktur gramatika, kosakata, semantik, dan retorika bahasa Arab sajalah yang dapat dan sah untuk menafsirkannya.

Kedua, di beberapa daerah, tradisi lokal memiliki peran cukup penting dalam penentuan otoritas keagamaan. Di Afrika dan Asia Tenggara, misalnya, otoritas keagamaan cenderung diberikan kepada seseorang yang memiliki atau menguasai kekuatan gaib tertentu. Sementara di daerah yang memiliki tradisi sufi cukup kuat, otoritas itu diberikan kepada seseorang yang berhasil memperoleh kekeramatan lewat praktik-praktik asketik, atau karena memiliki latar belakang genealogis dengan Nabi.

Ketiga, dalam konteks masyarakat modern, pendidikan dan penerjemahan kitab suci ke beberapa bahasa rupanya menjadikan konsep tentang otoritas dalam Islam mengalami perubahan yang cukup signi kan. Di masa ini, kapabilitas seseorang dalam menafsirkan urusan duniawi ke dalam istilah-istilah yang sangat Islami serta penegasan atas komitmen keislaman menjadi kata kunci untuk menentukan siapa yang berhak memiliki otoritas keislaman. Dalam konteks itu, seseorang yang meski tidak memiliki penguasaan ilmu-ilmu tradisional keislaman dan pernah belajar kepada ulama kenamaan dalam rentang waktu tertentu, namun memiliki kepekaan wacana Islam dalam berbagai urusan yang bersifat duniawi dapat dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas keagamaan.

Konteks modernitas tersebut pada gilirannya menerbitkan sebuah pertanyaan bagaimanakah Islam melihat atau menilai praksis di ranah politik-ekonomi dan sosial-budaya serta peran apakah yang dapat dimainkannya dalam pembentukan legitimasi dan kepemimpinan keagamaan. Untuk itu, tulisan ini coba memotret K.H. Ahmad Dahlan. Ia adalah sosok yang meski tak berlatar pendidikan Islam asuhan ulama besar dan tak memiliki kekuatan mistis sebagai sumber otoritas tradisional, berhasil mendirikan salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah. Otoritas keagamaan yang disematkan kepada tokoh kelahiran Yogyakarta pada 1868 ini lebih bersumber pada praksis dan dedikasinya di dunia pendidikan, reformasi pandangan keislaman tradisional, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil.

Di bidang keagamaan, Dahlan terpengaruh oleh pandangan reformis Islam Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, dan Rasyid Ridha. Dari situ Dahlan berkeyakinan bahwa praktik keislaman semestinya dikembalikan pada ajaran al-Quran dan hadis. Ia kemudian berusaha membersihkan seluruh praktik keagamaan umat Islam Indonesia dari unsur budaya yang tidak Islami, sinkretis. Di bidang pendidikan, tidak seperti tokoh agama pada umumnya, ia sangat mengapresiasi ilmu pengetahuan modern dan capaian peradaban Barat. Ia keberatan dengan pandangan tradisional yang menyatakan bahwa Islam bertentangan dengan modernitas dan karenanya harus menolak semua pengaruh budaya Barat.

Apresiasi terhadap Barat inilah yang di kemudian waktu menjadi alasan Dahlan untuk bergabung dengan Budi Utomo, sebuah organisasi modern yang salah satu konsentrasinya adalah memajukan pendidikan untuk kaum pribumi. Sementara di bidang ekonomi, Dahlan begitu mengutamakan kemandirian dan pemberdayaan kaum miskin. Ia sangat memperhatikan kaum yang disebut terakhir itu dan kerap membantunya hingga memiliki kemandirian ekonomi.

Faktor-faktor di atas, terutama pengalaman di organisasi modern dan keinginan yang kuat untuk mewujudkan pendidikan modern, akhirnya memunculkan keyakinan Dahlan untuk mendirikan sebuah organisasi Islam bernama Muhammadiyah. Lewat pendirian organisasi inilah semua idealitas pandangan keagamaan Dahlan disuarakan. Dan dengan itu, otoritas keagamaan Dahlan pun semakin tak tergoyahkan.

Di atas segalanya, satu poin penting yang membuat otoritas keagamaan Dahlan diakui adalah pandangan keagamaannya yang berbasis pada sisi praksis. Baginya, memahami kitab suci tak bisa dilakukan hanya dengan menghapal dan menafsirkan. Lebih penting dari itu semua adalah aksi nyata, mempraktikkan ajaran (‘amal). Dari perjalanan Ahmad Dahlan, tulisan ini menyimpulkan bahwa praksis di bidang politik-ekonomi dan sosial-budaya dapat menjadi salah satu sumber legitimasi bagi pembentukan otoritas keagamaan dalam konteks masyarakat Islam modern.

Author: Hyung-Jun Kim   Studia Islamika Volume 17, Number 1,
*(muhammadiyahstudies/SP)

UMM Sediakan 120 Beasiswa Bagi Anak Panti Asuhan Muhammadiyah

muhammadiyah
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyediakan 120 beasiswa bagi anak dari panti asuhan Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Setiap panti asuhan bisa mengajukan calon mahasiswa untuk memilih segala jurusan

Selain itu UMM mengurangi jumlah mahasiswa pada penerimaan mahasiswa tahun 2014. Periode lalu yang diterima sebanyak 7.600 mahasiswa. Sedangkan tahun ini akan turun menjadi 6.500 mahasiswa. Tujuannya, untuk menyesuaikan antara fasilitas. Selain itu, juga menyesuaikan antara rasio dosen dan mahasiswa.

"Demi menjaga kualitas pendidikan," kata Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Muhajir Effendi, Selasa, 3 Juni 2014. Sedangkan pada seleksi pertama Mei lalu, dari sekitar 6.000 pendaftar, yang diterima hanya 3.000. Mereka menjalani serangkaian seleksi tes potensi akademik.

Selain itu, juga diberlakukan kuota untuk pemerataan bagi calon mahasiswa yang berada di daerah yang akses pendidikannya rendah. Jadi, calon mahasiswa yang memiliki potensi akademik bagus tapi akses pendidikan rendah bisa mengenyam pendidikan di UMM.

Pendidikan Kedokteran dan Teknik Informatika menjadi program studi yang difavoritkan calon mahasiswa baru di UMM. Tahun ini UMM hanya menerima 170 pendaftar untuk Program Studi Pendidikan Kedokteran. Alasannya, kegiatan perkulihan program studi tersebut berbiaya tinggi. Jadi, UMM memilih membatasi jumlah mahasiswa yang mengambil Program Studi Pendidikan Kedokteran.(Tempo/SP)

"Meski biaya mahal, kebutuhannya juga besar, jadi tak benar jika semakin banyak mahasiswa semakin untung," katanya. Bahkan, tutur dia, dalam sebuah kelas pengajaran, dua dosen hanya mendampingi sepuluh mahasiswa. Jadi, biaya kegiatan perkuliahan cukup tinggi. Berbeda dengan program studi lainnya.

Pemerintah, ujar dia, memberikan subsidi bagi mahasiswa jurusan pendidikan kedokteran sebesar Rp 45 juta. Sedangkan UMM membebankan kegiatan dan biaya pendidikan kepada kepada orang tua mahasiswa. Dalam standar pendidikan kedokteran, UMM bekerja sama dengan Konsul Kedokteran Indonesia.

Selain itu, UMM juga menggelar uji kompetensi kedokteran nasional. Bahkan sejumlah perguruan tinggi negeri bergabung dengan uji kompetensi yang diselenggarakan UMM, seperti Universitas Mulawarman, Universitas Jember, dan Universitas Mataram.

UMM menyediakan 120 beasiswa bagi anak dari panti asuhan Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Setiap panti asuhan bisa mengajukan calon mahasiswa untuk memilih segala jurusan, kecuali kedokteran. "Semuanya gratis," katanya. (Tempo/SP)

Friday, June 6, 2014

Kegamangan Politik Warga Muhammadiyah Jelang Pilpres

AKHIR pekan lalu, antara 23-25 Mei, Muhammadiyah menggelar sidang tanwir (rapat kerja nasional) di Samarinda, Kaltim. Sebenarnya, sidang tanwir itu merupakan acara tahunan, tetapi kali ini menjadi istimewa karena merupakan tahun politik yang penting. Dua calon presiden (capres), yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, hadir dalam acara yang didatangi elite pimpinan Muhammadiyah se-Indonesia tersebut.

Menurut Prof Dr M. Amien Rais, mantan ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, dalam wawancaranya dengan sebuah TV nasional, sambutan terhadap kehadiran capres Jokowi hanya ”suam-suam kuku”. Sebaliknya, sambutan atas kehadiran capres Prabowo sangat gegap gempita, bahkan diselingi gema takbir segala. Salah satu keberhasilan Prabowo memikat peserta tanwir adalah ceramahnya yang selaras dengan tema yang sedang digandrungi kalangan Muhammadiyah saat ini: Indonesia yang Berkemajuan.

Namun, sebagaimana sudah diduga, pernyataan resmi sidang tanwir yang dibacakan Agung Danarto, sekretaris umum PP Muhammadiyah, organisasi Islam modernis ini menyatakan netral dalam pilpres nanti. Warga Muhammadiyah dipersilakan memberikan suara sesuai dengan keputusan dan pilihan hati nurani masing-masing. Namun, dalam konferensi pers penutupan acara tanwir tersebut, ada pernyataan yang unik dari Din Syamsuddin, ketua umum, yang menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak berafiliasi dengan parpol mana pun dan koalisi apa pun. Meski tidak tersurat, sudah jelas pernyataan Din ini ditujukan kepada PAN yang aktivisnya banyak dari kalangan Muhammadiyah.

Pernyataan resmi sidang tanwir ataupun keterangan pers Din ini sekali lagi menunjukkan kegamangan sikap politik kalangan elite Muhammadiyah. Sebab, ketika tanwir memutuskan netral, pada waktu yang sama Saleh P. Daulay (ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah) tegas menyatakan bahwa Pemuda Muhammadiyah memberikan dukungan kepada Prabowo-Hatta Rajasa. Sikap ”mbalelo” kalangan muda Muhammadiyah terhadap induknya ini bukan tanpa sebab. Sudah lama sikap politik Muhammadiyah di bawah Din sering konfrontatif terhadap pemerintahan Presiden SBY dan kepada Ketua Umum PAN Hatta Rajasa yang kebetulan adalah besan presiden. Ini tidak selaras dengan konsep netralitas yang selama ini dianut ormas Islam terbesar kedua di Indonesia tersebut.

Netralitas Muhammadiyah bukanlah hal yang baru. Di masa yang sulit pada zaman Orde Baru, KH A.R. Fachruddin pun selalu menyatakan netral politik. Presiden Soeharto menghargai pilihan politik itu dan tetap menjaga hubungan harmonis antara pemerintah dan Muhammadiyah. Ketika sekolah-sekolah Muhammadiyah digencet Mendikbud Daoed Joesoef, Pak AR –sapaan KH A.R. Fachruddin– tidak melawan dengan konfrontasi, tetapi memilih sowan ke Pak Harto dan membicarakan masalahnya dengan tuntas. Dengan pendekatan yang ”luwes” dan ”njawani” ini, Muhammadiyah tetap mendapat tempat di kalangan pemerintah.

Din Syamsuddin memang bukan orang Jawa. Jadi, kita tidak bisa berharap banyak dia punya sikap yang ”njawani” seperti Pak AR. Namun, sesungguhnya ada nostalgia di sebagian kalangan warga Muhammadiyah agar ketua umum punya sikap yang luwes. Pak AR hendaknya menjadi teladan bagi PP Muhammadiyah. Wajar jika saat ini sudah muncul gerakan ”jangan salah pilih” ketua umum Muhammadiyah dalam muktamar tahun depan. Warga sangat merindukan sosok yang teduh dan kalem seperti Pak AR. Semua warga Muhammadiyah juga tahu bahwa Pak AR hidup sederhana, ke mana-mana naik sepeda motor Yamaha butut. Untuk menambah penghasilan pensiunnya, Pak AR terpaksa berjualan bensin secara eceran di depan rumah dinas Muhammadiyah di Jl Cik Di Tiro. Saat ini rasanya sudah tidak ada anggota PP Muhammadiyah yang naik motor butut seperti Pak AR.

Meski hidup sederhana, dalam hal memimpin Muhammadiyah, Pak AR sangat tegas, tapi fleksibel. Ketegasan sikap Pak AR itu yang membuat warga Muhammadiyah tidak pernah galau dan gamang dalam berpolitik. Sebaliknya kondisi saat ini, meski resminya netral, ada pimpinan Muhammadiyah yang bersikap anti-PAN, tetapi dalam waktu yang sama ikut membidani berdirinya Baitul Muslimin (Bamus), sayap Islam PDIP. Dengan demikian, layak seruan netral itu dipertanyakan. Yang kita harapkan adalah Muhammadiyah menerapkan semacam ”politik bebas dan aktif” mirip politik luar negeri RI. Dalam konsep ini, warga Muhammadiyah bisa berpartisipasi aktif dengan kekuatan politik mana pun sepanjang hal itu membawa kemaslahatan bagi umat dan persyarikatan.

Dengan politik Muhammadiyah yang bebas dan aktif, warga persyarikatan akan terbebas dari kegamangan dan kegalauan sikap. PP Muhammadiyah juga tidak perlu menghadapi ”pemberontakan” dari kalangan muda seperti sikap Pemuda Muhammadiyah yang mendukung Prabowo-Hatta. Sebab, mereka juga melihat ketidakadilan sikap dari sebagian pimpinan Muhammadiyah. Oleh karena itu, PP Muhammadiyah juga tidak perlu reaktif, misalnya, dengan menjatuhkan hukuman represif kepada PP Pemuda Muhammadiyah. Justru yang harus dipertanyakan adalah apakah pernyataan dukungan Pemuda Muhammadiyah itu merupakan sikap resmi organisasi atau sikap pribadi Saleh Daulay yang terpilih sebagai caleg DPR dari PAN. Jika bukan keputusan resmi hasil sidang pleno PP Pemuda Muhammadiyah, hal itu hanya layak disebut dukungan perorangan.

Sangat disayangkan jika warga Muhammadiyah sekarang ini, khususnya di kalangan pimpinan di semua jajaran, sudah mulai melupakan teladan para sesepuh yang telah mendahului. Sangat banyak pelajaran yang bisa diambil dari proses politik di masa lalu. Misalnya bagaimana R Moejadi Djojonegoro diangkat sebagai menteri sosial zaman Bung Karno tanpa mengusik Muhammadiyah. Bagaimana kisah KH Ahmad Badawi menahan godaan tawaran Soeharto untuk menjadikan Muhammadiyah ormaspol setelah geger 1965. Bagaimana pula Buya Hamka menghadapi geger ”fatwa Natal” ataupun KH A.R. Fachruddin yang menyelesaikan masalah ”asas tunggal” untuk Muhammadiyah.

Muhammadiyah yang sudah berusia satu abad lebih semestinya bisa memberikan pelajaran yang baik bagi kader-kadernya yang hidup di zaman sekarang. Tidak usah galau dan gamang dalam memilih dua pasangan capres-cawapres sekarang ini. Pilihlah pasangan yang akan memberikan kemaslahatan bagi umat, persyarikatan, bangsa, dan negara. (JawaPos/SP)

*) Djoko Susilo Mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah (1998–2002)