Kalau dari kelompok Nasionalis ada yang dongkol, mungkin itu wajar, karena tidak pernah mengenal Amin Rais, siapa Beliau sebenarnya. Sebab mereka mengenal Pak Amin sejak Reformasi bergulir, dan sebelumnya tidak. tetapi bagi saya seorang Amin Rais, manusia yang sangat Ikhlas, tak ada didalam hatinya kebencian pada suatu kelompok sebagaimana dituduhkan sebagian penulis Kompasiana.
Selama saya di bawa “Naungan Kepemimpinan Pak Amin di PP. Muhammadiyah” , beliau orang yang sangat bersahaja, tidak pernah membusungkan dada, dan selalu rendah diri kepada sesama, hingga sekarang. Para satpampun dengan mudah bisa canda dengan Pak Amin, hal itu tak pernah ditemui dikalangan pemimpin lainnya.
Para da’i Muhammadiyah misalnya, sangat akrab dengan pak Amin tak ada batasan Pak Amin sebagai orang PP. Muhammadiyah waktu dengan da’i yang menjalankan di hutan. Bahkan Amin Rais sering mengunjungi da’i dainya di daerah transmigrasi, tidur dan berbaur bersama mereka di rumah pemberian transmigrasi tanpa alat Tidur. Saya juga pernah menjadi Imam shalat beliau, dan beliau bermakmum dibelakang saya, selesai shalat masih berkenan beliau bertanya dari mana asalnya saya.
Kesederhanaan Pak Amin bukan gambaran media yang condong berpolitik, yang ditunggangi partai yang benci pak Amin. Contohnya kalau pak Amin Rais tidak ambisius dijaman MPR berkuasa, semua partaimeminta Pak Amin Jadi Presiden, tetapi pak Amin Menolak, lalu diberikan pada Gus Dur, padahal partai partai besar pada waktu itu banyak yang mendukung pencalonan pak Amin kecuali yang megawati yang kemudian jadi Wakil Presiden di Jaman Pemerintahan Gus Dur.
Kesederhanaan Pak Amin itu bisa dilihat dari caranya beribadah, akhlaq pergaulannya yang tak pandang bulu. bisa ditanya pada satpam PP. Muhammadiyah, mereka bisa canda dan tertawa bersama Pak Amin. Mungkin belum ada seorang pemimpin di Indonesia ini yang menghargai bawahannya seperti Pak Amin.
Selain itu Pak Amin Rais itu seoran ABID [ahli ibadah], tak pernah meninggalkan puasa Daud hingga sekarang, berbicara apapun tak pernah menyimpang dari kutipan ayat Quran, tertanam jiwa dan sosok religius pada dirinya, tapi tak berjiwa overdosis, lalu menjadi seorang misionaris terhadap agama lain, karena pak Amin orang tau diri.
Para da’i Muhammadiyah yang kerjanya di hutan , semuanya mengenal kebaikan seorang Amin Rais, karena tak pernah mem[erlakukan para da’i dengan sikap viodal, tetapi menjadikan mereka teman canda. banyak tokoh umat di Indonesia ini, menjadikan anak buahnya sebagai robot yang harus tunduk pada dirinya, hal itu tak pernah ada pada diri pak Amin.
Terlalu konyol, kalau Koalisi Indonesia Raya disebut akal akalan pak Amin , justru mereka itu karena tak pernah dekat dengan pak amin, dan sebatas melihat pak Amin sebagai tokoh politik. Padahal ada kesinambungan antara pak Amin Sebagai politisi dan Seorang Muslim yang taat yang tak pernah ditemui dikalangan muslim sekarang ini.
Ini bukan pernyataan seorang yang fanatik Pak Amin, tetapi orang yang banyak berkecimpung dalam penelitian tentang sosok, pak amin itu orang yang berani lapar untuk orang lain.
[kompasiana/Zulkarnain El Madury]
No comments:
Post a Comment