Saturday, April 26, 2014

Astrofotografi, Thierry Legault, dan Upaya Menyatukan Hisab dan Rukyat

Surabaya – Thierry Legault, seorang astrofotografer dari Perancis secara khusus kemarin (26/4/2014) datang ke Surabaya. Agus Mustofa, penulis buku ‘Jangan Asal Ikut Hisab dan Rukyat’ mendatangkan beliau dari Perancis guna menyatukan metode hisab dan rukyat dengan teknik astrofotografi dengan kriteria Rukyat Qobla Ghurub. Metode ini adalah dengan cara memotret hilal/bulan sabit tipis beberapa saat setelah konjungsi/ijtima’ sebelum matahari terbenam. Hal itu pernah dilakukan oleh Thierry Legault, Astrofotografer dari Perancis. Ia berhasil memecahkan rekor memotret hilal tertipis pasca ijtima sebelum matahari terbenam. (foto hilal tertipis)

Workshop Astrofotografi dibuka oleh Prof. Muhammad Nuh, DEA (Mendikbud), ia mengatakan bahwa kebersamaan memiliki nilai yang sangat tinggi, saat ini ada dua ekstrim yakni hisab dan rukyat. “Tugas kita ialah menjembatani antara hisab dan rukyat. Ini adalah wilayah ilmu pengetahuan yang bisa menjembatani hisab dan rukyat”. Ujar Mendikbud dan juga mantan Rektor ITS Surabaya itu.

Dalam sambutannya, Agus Mustofa mengatakan workshop ini didedikasikan untuk kebersamaan ummat yang dalam kurun beberapa tahun  ini sering berbeda dalam menentukan awal bulan ramadhan dan syawal. Sementara itu Prof. Dien Syamsuddin dalam moral speach-nya mengatakan upaya ini sangat bagus dalam menyatukan ummat khususnya dalam penentuan awal puasa dan idul fitri. "Ini merupakan upaya yang bagus untuk menyatukan umat Islam di Indonesia. Jadi saya optimis, masalah perbedaan penentuan awal Ramadan dan 1 Syawal tahun ini bisa disatukan’ ujarnya. Sementara itu, Theiery Legault mengatakan syarat untuk memotret hilal yang pernah dilakukannya ialah dengan menggunakan teleskop computerized, CCD Imageing, dan kondisi tidak ada awan, asap, pulusi dan langit berwana biru.

Dalam penentuan awal bulan Ramadhan & Syawal, dikenal 2 istilah yakni hisab dan rukyat. Hisab yang saat ini digunakan oleh Muhammadiyah ialah hisab wujudul. Hisab Wujudul Hilal sendiri memiliki 3 kriteria, yakni telah terjadi ijtima’, ijtima’ terjadi sebelum matahari terbenam, dan saat matahari terbenam bulan diatas ufuk. Sedangkan rukyat ialah mengamati kenampakan hilal  ijtima’/konjungsi setelah matahari terbenam. Sementara yang diusulkan oleh Agus Mustofa ialah penggunaan teknologi Astrofotografi dengan kriteria Rukyat Qobla Ghurub. Rukyat Qobla Ghurub adalah merukyat hilal pasca konjungsi sebelum matahari terbenam. Ia sangat meyakini kriteria Rukyat Qobla Ghurub bisa mempersatukan antara kedua metode hisab dan rukyat yang selama ini terjadi perbedaan. Dan dalam beberapa hari kedepan Thierry Legault akan menyampaikan ilmu astrofotografi dan teknik merukyat bulan sabit tipis saat siang hari dengan teleskop computerized. Semua berharap ingin ada persatuan dalam penentuan awal ramadhan dan idul fitri. (zuh)

Foto terkait:














































No comments:

Post a Comment