Wednesday, April 9, 2014

Hamba Yang Selalu Bersyukur itu Tidak ‘ngersulo’


يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْااتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقتِه وَ لاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Ali Imron [3] : 102 : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim”

يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْااتَّقُوااللهَ وَقُوْلُوْاقَوْلاًسَدِيْدًا
Al-Ahdzab [33] : 70 : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”

Dari ayat-ayat tersebut diatas, Allah berfirman pada kita sebagai makhluk-Nya tentang takwa, pun demikian Rasulullah jg selalu mengulang-ulang masalah takwa kepada Allah. Takwa adalah perkara yang paling dahsyat, dimana Allah akan memberikan posisi paling mulia pada orang-orang yang bertakwa dengan sesungguhnya takwa. Dalam ibadah haji dan berpuasa pun dinyatakan untuk orang-orang yang bertakwa. Dalam Surat Tha Ha [20]:132 dinyatakan “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.

Orang yang dikatakan takwa yang sebenar-benarnya adalah orang yang bertakwa dengan 3 sendi dasar takwa yaitu:
1.         Orang-orang yang selalu mentaati Allah dan tidak pernah berfikir sedikitpun untuk berdurhaka kepada Allah. Dalam artian bahwa manusia bertakwa adalah yang melaksanakan Islam secara kaffah.
2.         Hamba yang selalu bersyukur dan tidak pernah ‘ngersulo’ kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi. Dalam kondisi berlebihan/bahagia, manusia sudah biasa dan selalu siap untuk bersyukur. Alhamdulillah, hari ini dapat rejeki, Subhanallah, saya dapat promosi jabatan dan sebagainya. Akan tetapi yang perlu diingat, kita sering dan bahkan selalu lupa untuk tetap bersyukur pada saat mendapat musibah. Selalu ada komplain dan alasan kenapa kita mendapat musibah ini dan itu. Lalu bagaimana cara kita bersyukur pada saat mendapat musibah? Ada 4 tahapan yang bisa dilakukan :
(a) Yakinkan diri bahwa musibah adalah ketentuan Allah. Dalam QS. Al-Hadid [57] : 22 Allah berfirman “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah.
(b) Yakini bahwa musibah adalah yang terbaik dari Allah, hanya kadang-kadang kita terlambat mengetahui hikmahnya. Dalam QS. Al-Mulk [67] : 2 disebutkan “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun”. Dalam hadits  riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi Rasul bersabda bahwa siapa yang dikehendaki baik oleh Allah sungguh hamba itu akan diuji terlebih dahulu.
(c)  Setiap musibah yang kita dapatkan merupakan awal kecintaan Allah kepada kita sebagai makhluk-Nya, oleh karena itu kita perlu diuji. Dalam Qur’an disebutkan “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan ‘Kami telah beriman’ dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut [29] : 2-3).
(d) Allah punya maksud ketika hamba-hamba-Nya diberi musibah maka hal itu untuk mengurangi dosa-dosa kita. Hal ini dimaksudkan agar ketika menghadap Allah nantinya ketika sudah mati kita tidak membawa dosa yang menumpuk. Kita diajarkan untuk bersabar mendapatkan mmusibah, karena apa yang mungkin kita pikir baik belum tentu baik di mata Allah. Dalam Surat Al-Hadid [57] : 23 Allah berfirman “Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”
3.         Hamba yang bertakwa adalah hamba yang selalu mengingat Allah di saat sendiri maupun disaat ramai.

Untuk urusan bertakwa ini jangan kita bertakwa sendirian, janganlah kau ‘patheng’ (rajin red.) sendirian dalam beribadah kepada Allah.Ketika kita rajin mendatangi majlis pengajian ranting, pengajian Ahad Pagi tetapi istri/suami dan anak-anak, dan mungkin juga pembantu kita tidak diajak. Kadang juga kita bersikap acuh terhadap kemunkaran di sekitar kita, kita terlalu memikirkan ibadah kita hingga melupakan tugas kita sebagai kader Muhammadiyah yaitu ber-amar makruf nahi munkar. Seorang mukmin yang bergaul di tengah masyarakat yang buruk/hancur dan dia tetap bersabar dan istiqomah maka nilainya lebih baik daripada seorang mukmin yang tidak bersabar terhadap masyarakatnya dan menjauhi (hijrah) dari lingkungannya yang buruk/hancur. Jangan harap cita-cita Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya akan terwujud apabila kita masih bersifat individualis dalam beribadah dan bertakwa kepada Allah tanpa memikirkan juga keadaan keluarga, saudara dan masyarakat sekitar. Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khoirot.

Pengajian Rutin Bulan April 2014 PRM Gumuk Kerang – PCM Sumbersari Kab. Jember
Pengisi : Ustadz Nugroho Abdul Hadi (PCM Rambipuji -Jember)

No comments:

Post a Comment