Jakarta - Program-program acara bernilai Islami mulai marak ditayangkan di sejumlah televisi nasional. Acara-acara tersebut juga harus memiliki kualitas yang baik agar bisa menuntun penontonnya khususnya umat Islam ke arah yang lebih baik.
Selain dari sisi kualitas, pengisi acara dalam hal ini da'i juga harus memiliki pengetahuan yang baik soal Islam.
"Kita ingin dakwah di televisi itu memiliki pengaruh positif, karena itu kita ingin memperbaiki jangan sampai ada da'i yang akhlaknya tidak baik, materi yang disampaikan tidak tepat, kurang memberikan tuntutan dan keteladanan. Nanti etika da'i di televisi itu akan dirumuskan. Kita (MUI) memfasilitasi, membimbing dan melegitimasi, terhadap upaya-upaya itu," ujar Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Kyai Ma'aruf Amin usai diskusi bertajuk 'Penguatan Dakwah dan Pendidikan Islam di Televisi' di Gedung MUI, Jl Proklamasi, Jakpus, Selasa (1/1/2014).
"Da'i nya harus punya pengetahuan yang cukup, kita juga akan memberikan pengetahuan-pengetahuan kepada da'i-da'i tersebut. Jangan asal lucunya saja misalnya, tapi dia juga memiliki pengetahuan dan berbobot," lanjut Ma'ruf.
Selain itu, MUI akan menemui para bos televisi untuk membahas program-progam acara Islami yang berkualitas berikut dengan para da'inya.
"Kita akan mendatangi pimpinan-pimpinan televisi, untuk membuat kesepakatan-kesepakatan. Karena banyak masukan dari masyarakat untuk perubahan dan perbaikan. Sejauh ini komitmen pimpinan televisi sudah ada, tapi belum kuat, oleh karena itu nantinya ada penguatan-penguatan," tuturnya.
Sementara itu Ketua Umum MUI Din Syamsuddin mengatakan para bos televisi sebaiknya jangan terlalu berpatokan kepada rating. Dia menyayangkan masih maraknya acara di bulan Ramadan yang dibalut dengan acara hiburan penuh canda tawa.
"Ramadan itu bulan dengan spirit dakwah. Saatnya kita interospeksi dan memperbaiki diri, jadi jangan malah menyajikan tontonan penuh canda tawa, bukan tuntunan atau dakwah lagi jadinya," ungkap Din.
Salah satu da'i yang sering menghiasi laya kaca televisi di Indonesia yakni Yusuf Mansyur berpendapat setiap program acara dakwah memang sebaiknya memenuhi kebutuhan semua pihak. Hal itu bisa dilakukan dengan komunikasi yang baik antara pihak-pihak tersebut.
"Kebutuhan TV tidak bisa kita abaikan, kebutuhan iklan juga tidak bisa diabaikan, tapi kebutuhan masyarakat juga tidak bisa diabaikan, aturan normatif juga tidak bisa diabaikan. Menurut saya semuanya bisa ketemu, asal ada komunikasi yang baik. Kalau waktunya panjang, iklan juga banyak kok. Kalau waktunya pendek, iklan juga susah masuk," paparnya.
Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Idy Muzayyad mengatakan pihaknya juga telah melakukan evaluasi kepada sejumlah program acara televisi yang bernilai Islami. Contohnya adalah acara komedi yang dibalut dengan acara dakwah.
Selain itu ada juga para da'I atau ustad yang bergaya bak selebritis. Sehingga sisi selebritisnya yang selalu menjadi perhatian masyarakat dibandingkan dengan ilmu yang disampaikannya.
"Rekomendasi kita ke depan inginnya ada pengawalan dan pembinaan bersama-sama dalam hal ini dari MUI. Para da'i yang sudah memiliki kompetensi yang baik harus mengingatkan kepada yang lain. Ada juga da'i yang tampil bersama pelawak, kemudian dia larut dalam lawakan-lawakan tersebut dan akhirnya nuansanya tidak pas," jelasnya. [ sp/detik.com]
No comments:
Post a Comment