Yogyakarta - Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Sleman, selenggarakan Darul Arqam Madya (DAM) pada (25/2)–(2/3) bertempat di BLK PAY Yogyakarta. Perkaderan yang diikuti oleh 36 peserta yang merupakan utusan kader IMM dari berbagai daerah misal Balikpapan, Bukittinggi, Medan, Jawa Barat, Banten, Semarang, Banyumas, Surabaya dan DIY. DAM ini merupakan sebagai bentuk kesadaran betapa pentingnya perkaderan untuk keberlangsungan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) secara khusus dan Muhammadiyah pada umumnya. Perkaderan yang mengambil tema Setengah Abad IMM: Transformasi Nilai Dasar Ikatan Dalam Menjawab Dinamika Kebangsaan sebagai upaya IMM untuk turut berkontribusi positif terhadap bangsa yang sedang mengalami keterpurukan dalam segala aspek. “Sebagaimana yang tertuang dalam konstitusi IMM bahwa kader IMM memiliki kewajiban untuk melakukan amar ma’ruf dengan menyebarkan kerahmatan kepada seluruh alam, sedangkan nahi munkar dengan melakukan perlawanan terhadap segala bentuk ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Usia IMM tepat 50 tahun pada 14 Maret 2014 merupakan sebagai momentum nasional untuk melakukan manifesto IMM sebagai organisasi kader (Muhammadiyah) dan pergerakan terhadap bangsa Indonesia. Kondisi bangsa seperti apapun, maka IMM harus hadir,”ujar Muhammad Habibi Miftakhul Marwa, Ketua Umum PC IMM Sleman.
Hadir pula dalam pembukaan DAM kali ini antara lain Imam Mahdi selaku ketua DPD IMM DIY, Haryadi Ibrahim, ketua Majelis Pendidikan Kader PDM Sleman dan kader IMM se DIY. Pembukaan DAM PC IMM Sleman tahun 2014 kemudian dilanjutkan dengan Stadium General yang menghadirkan para alumni IMM Sleman yaitu Sri Purnomo, Bupati Sleman dan Immawan Wahyudi, Wakil Bupati Gunung Kidul yang juga pernah menjabat sebagai ketua umum dewan pimpinan pusat (DPP) sementara IMM tahun 1984.
Selama perkaderan berlangsung peserta disuguhi materi dan pemateri yang berkompeten di bidangnya sebut saja Epistimologi Islam (Dr.Mutiullah, S.Fil, M.Hum) , Pemikiran gerakan Islam Indonesia (Pradana Boy ZTF,SHI,MA), Peta masyarakat Indonesia Prof.Dr.Abdul Karim, MA, Gerakan tajdid Muhammadiyah (Ahmad Muttaqin, Ph.D), Kajian ekonomi politik Indonesia (Eko Prasetyo, SH), Interpretasi nilai dasar ikatan (M.Abdul Halim Sani), Gerakan mahasiswa dalam melawan neokolonialisme (IMM, GMKI, GMNI), Hukum dan rekayasa sosial (Norma Sari, M.Hum), Advokasi dan pemberdayaan masyarakat (Ahmad Najib Wiyadi, S.Ag) dan Diaspora Kader IMM (Dr.Phil. Ahmad Norma Permata).
Sebelum mengakhiri DAM ini, para peserta menyepakati Blue Print yang dibuatnya bahwa peserta DAM harus berkiprah dan berkontribusi sesuai bidangnya masing-masing untuk memperbaiki kondisi bangsa. Untuk menjadikan indonesia yang lebih baik versi IMM maka bisa dimulai dengan mengoptimalkan bidang-bidang yang ada di dalam struktur IMM yang nantinya akan berdampak positif terhadap umat dan bangsa yaitu bidang kader, bidang dakwah dan tabligh, bidang keilmuan, bidang hikmah dan kebijakan publik dan bidang ekonomi kewirausahaan. (dzar/muhammadiyah.or.id)
Selanjutnya ini merupakan catatan kecil salah satu peserta DAM IMM yang berasal dari Jawa Barat
Hampir seminggu kemarin saya berada di Yogyakarta, dari tanggal 25 Februari sampai 2 Maret. Saya mengikuti Darul Arqam Madya (DAM) yang diadakan oleh PC. IMM Sleman. Alhamdulillah tidak rugi absen kuliah selama beberapa hari, saya mendapat banyak hal yang bermanfaat.
Ada beberapa pemateri dalam kegiatan DAM tersebut yang cukup berkesan bagi saya:
1. Pak Immawan Wahyudi, alumni IMM sekarang jadi wakil bupati Gunung Kidul. Beliau seorang negarawan yang bersahaja dan lurus saya yakin. Kami berdiskusi seputar politik dan persyarikatan.
2. Pak Pradana Boy ZTF, alumni IMM UMM sekarang menjadi dosen di UMM. Beliau menerangkan mengenai peta-peta pemikiran Islam di Indonesia dan dialektika wacana konservatif dan liberal dalam tubuh Muhammadiyah. Saya banyak mendapatkan wawasan dari beliau.
3. Mbak Norma Sari, beliau alumni IPM sempat aktif di IMM UGM sekarang jadi ketua umum PP Nasyiatul Aisyiah. Saya sangat kagum dengan beliau, seorang perempuan dengan badan kecil, sudah berumah tangga, namun sangat energik. Sewaktu mengisi materi, beliau izin dari rumah sakit, dikarenakan terlalu kecapaian dalam bekerja. Beliau pun sangat cerdas khususnya mengenai ilmu hukum yang menjadi bidangnya.
4. Kakanda Abdul Halim Sani, beliau ini menurut saya ideolog IMM, sebagaimana Pak Haedar Nashir yang menjadi ideolog Muhammadiyah. Saya mendapat banyak ilmu mengenai identitas kader IMM. Beliau memberikan materi dari pukul 10 malam sampai pukul 3 malam, setelah itu langsung tahajud dan shalat subuh, baru tidur setelah shalat subuh.
Selain materi-materi yang menarik, saya pun berkesempatan sholat Jumat di Mesjid Gedhe Kauman. Saya lihat khatibnya bagus banget, baik materi yang disampaikan maupun penyampaian. Ternyata setelah saya tanya, yang ceramah itu ustadz Budi Setiawan. Lalu saya menyapa beliau dan mengatakan bahwa ceramah beliau bagus. Kebetulan pada hari jumat kemarin ada pendekar tapak suci yang meninggal, saya ikut mensholatkan beliau di mesjid gedhe kauman.
Lalu iseng-iseng saya ngobrol sama teman-teman mengenai kader Muhammadiyah yang aktif berpolitik. Kawan-kawan saya yang dari Sleman sering menyebut pak Afnan Hadikusumo. Yang saya baru tahu, ternyata Pak Afnan Hadikusumo ini adalah cucu dari Ki Bagus Hadikusumo, pantesan nama akhirnya sama.
Di hari terakhir saya sempat napak tilas perjalanan Kyai Dahlan yaitu ke mesjid gedhe, ke makam kyai dahlan dan ke langgar kidul yang dulu pernah dihancurkan itu.
Ya coba lah yang sudah lulus DAD dan belum DAM niatkan ikut DAM di Yogyakarta, yang merupakan episentrum gerakan Muhammadiyah. Ada nuansa yang berbeda yang saya dapat dari kota Muhammadiyah ini..
Selanjutnya ini merupakan catatan kecil salah satu peserta DAM IMM yang berasal dari Jawa Barat
Hampir seminggu kemarin saya berada di Yogyakarta, dari tanggal 25 Februari sampai 2 Maret. Saya mengikuti Darul Arqam Madya (DAM) yang diadakan oleh PC. IMM Sleman. Alhamdulillah tidak rugi absen kuliah selama beberapa hari, saya mendapat banyak hal yang bermanfaat.
Ada beberapa pemateri dalam kegiatan DAM tersebut yang cukup berkesan bagi saya:
1. Pak Immawan Wahyudi, alumni IMM sekarang jadi wakil bupati Gunung Kidul. Beliau seorang negarawan yang bersahaja dan lurus saya yakin. Kami berdiskusi seputar politik dan persyarikatan.
2. Pak Pradana Boy ZTF, alumni IMM UMM sekarang menjadi dosen di UMM. Beliau menerangkan mengenai peta-peta pemikiran Islam di Indonesia dan dialektika wacana konservatif dan liberal dalam tubuh Muhammadiyah. Saya banyak mendapatkan wawasan dari beliau.
3. Mbak Norma Sari, beliau alumni IPM sempat aktif di IMM UGM sekarang jadi ketua umum PP Nasyiatul Aisyiah. Saya sangat kagum dengan beliau, seorang perempuan dengan badan kecil, sudah berumah tangga, namun sangat energik. Sewaktu mengisi materi, beliau izin dari rumah sakit, dikarenakan terlalu kecapaian dalam bekerja. Beliau pun sangat cerdas khususnya mengenai ilmu hukum yang menjadi bidangnya.
4. Kakanda Abdul Halim Sani, beliau ini menurut saya ideolog IMM, sebagaimana Pak Haedar Nashir yang menjadi ideolog Muhammadiyah. Saya mendapat banyak ilmu mengenai identitas kader IMM. Beliau memberikan materi dari pukul 10 malam sampai pukul 3 malam, setelah itu langsung tahajud dan shalat subuh, baru tidur setelah shalat subuh.
Selain materi-materi yang menarik, saya pun berkesempatan sholat Jumat di Mesjid Gedhe Kauman. Saya lihat khatibnya bagus banget, baik materi yang disampaikan maupun penyampaian. Ternyata setelah saya tanya, yang ceramah itu ustadz Budi Setiawan. Lalu saya menyapa beliau dan mengatakan bahwa ceramah beliau bagus. Kebetulan pada hari jumat kemarin ada pendekar tapak suci yang meninggal, saya ikut mensholatkan beliau di mesjid gedhe kauman.
Lalu iseng-iseng saya ngobrol sama teman-teman mengenai kader Muhammadiyah yang aktif berpolitik. Kawan-kawan saya yang dari Sleman sering menyebut pak Afnan Hadikusumo. Yang saya baru tahu, ternyata Pak Afnan Hadikusumo ini adalah cucu dari Ki Bagus Hadikusumo, pantesan nama akhirnya sama.
Di hari terakhir saya sempat napak tilas perjalanan Kyai Dahlan yaitu ke mesjid gedhe, ke makam kyai dahlan dan ke langgar kidul yang dulu pernah dihancurkan itu.
Ya coba lah yang sudah lulus DAD dan belum DAM niatkan ikut DAM di Yogyakarta, yang merupakan episentrum gerakan Muhammadiyah. Ada nuansa yang berbeda yang saya dapat dari kota Muhammadiyah ini..
No comments:
Post a Comment