Tuesday, March 25, 2014

Dialog Kebangsaan IMM Sleman, Demokrasi "Wani Piro"

Sleman- Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak terasa sudah memasuki usia 50 tahun. 14 Maret 2014 yang lalu tepatnya setengah abad IMM dirayakan oleh seluruh kader di Nusantara baik di tingkat Komisariat, Cabang, Daerah maupun Pusat dengan penuh suka cita.

Acara Diaolog Kebangsaan yang mengusung tema “Peran dan Tantangan Kader Muhammadiyah Dalam Pemberantasan Korupsi”, merupakan salah satu serangkaian acara yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa Muammadiyah Cabang Kab. Sleman Yogyakarta. Acara tersebut berlangsung pada hari Sabtu 22 Maret 2014 dan bertempat di Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Adapun pembicara pada Dialog Kebangsaan tersebut yaitu Dr. Khamim Zarkasi Putro, Msi, Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil. MPA, serta Arif Jamali Muis selaku ketua LHKP PWM DIY. Immawan Agung Budi Santoso selaku ketua panitia acara menyampaikan bahwa acara Diaolg Kebangsaan ini bertujuan untuk mensukseskan acara Milad IMM yang ke-50 dan sebagai ajang silaturahmi kader IMM se-Sleman maupun Dosen Muhammadiyah yang mengajar di UIN Sunan Kalijaga.

Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Sleman yaitu Immawan Muhammad Habibi Miftahul Marwa dalam sambutannya menyampaikan bahwa IMM Cabang Sleman adalah gerakan pemberontakan dan gerakan perubahan, oleh karena itu kader IMM harus siap dan mampu untuk memberantas semua tindakan kemungkaran dan ketidakadilan, baik itu menyangkut dunia kampus, urusan Negara maupun semua hal yang ada di masyarakat. Warna merah dari jas IMM menunjukkan bahwa kader Muhammadiyah (IMM) harus berada dalam garis terdepan dalam pemberantasan kemunkaran. Adapun kemunkaran yang belakangan ini marak adalah kemunkaran korupsi yang dilakukan secara individu maupun kolektif. Maka menjadi kewajiban bagi IMM untuk melakukan jihad dalam melawaan dan memberantas korupsi. Bentuk kejahatan dalam korupsi menjelang pemilu 9 April 2014 adalah mooney politic. Dalam menghadapi hal seperti itu sudah selayaknya kader muda Muhammadiyah memberikan pemahaman terhadap masyarakat agar mereka dalam menetukan pilihanya kelak menjadi pemilih yang cerdas bukan pemilih yang hanya sekedar uangya. Perilaku masyarakat yang sudah semakin parah, tugas IMM sebagai cendekiawan atau kaum terdidik adalah memberikan pencerahan untuk dengan tegas mengatakan tidak kepada korupsi, karena adanya praktek korupsi yang semakain merajalela akan menghambat terwujudnya peradaban utama dan Negara yang berkarakter, tandasnya.

Dalam diaolg tersebut Dr. Khamim Zarkasi menyampaikan “lemahnya lembaga politik masih belum bisa terpecahkan”, dan beliau mengajak kepada kader untuk berperan aktif dalam pemberantasan korupsi setidaknya dalam proses penyadaran dan perlawanan kepada masyarakat. Menyadarkan masyarakat dari lingkup terkecil yaitu keluarga sendiri maupun masyarakat dan memberikan perlawanan jika melihat segala praktek korupsi di manapun ia berada. Sedangkan Kakanda Bachtiar berbicara mengenai demokrasi yang ada di Indonesia. “Demokrasi yang ada di Indonesia yaitu demokrasi kriminal” ujarnya, beliau menyadarkan kepada para hadirin untuk memusnahkan demokrasi “wani piro” yang sampai saat ini sudah mengakar rumput di masyarakat. Banyak masyarakat meminta sesuatu kepada para calon legislatif yang berkampanye kepada mereka, maka jangan salahkan jika ketika sudah menjabat di kursi pemerintahan para calon legislatif yang terpilih mengambil lagi uang rakyat.
Tahun 2014 tidak hanya menjadi tahun politik di Negeri ini, yaitu dengan adanya pemilu pada bulan April mendatang. Namun, tahun ini juga menjadi tahun politik Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, karena di tahun ini pula muktamar setengah abad IMM akan berlangsung. Untuk itu hendaknya kita semua seharusnya sadar dan mendorong demokrasi yang ada di Indonesia agar lebih subtantif. Jangan samapai hanya dijadikan ajang seremonial rutinitas saja.
Golput bukan menjadi salah satu solusi bagi kita semua untuk memecahkan masalah di Negri ini, namun dengan cerdas memilih itu sudah menjadi awal keikutsertaan kita terhadap proses pelaksanaan demokrasi di Indonesia supaya masa depan yang kita inginkan menjadi nyata. Indonesia mengusung konsep masyarakat yang berkarakter, sedangkan Muhammaddiyah mengusung konsep masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau baldatun thayyibatun wa robbun ghafur. Semua itu terasa akan sia-sia jika para kader muda calon pemimpin bangsa acuh tak acuh terhadap persoalan kenegaraan maupun persyarikatan. Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak cukup hanya sebagai kader ikatan saja, harus sebagai kader persyarikatan dan kebangsaan. Jika tidak mampu berkontribusi untuk melawan segala bentuk kemunkaran terlebih lagi korupsi maka lepaskan saja jas merah anda, letakkan dilemari dan jangan kamu pakai lagi.


Bergeraklah IMM untuk mendukung cita-cita luhur agar negri ini indah dan makmur.
JAYALAH IMM, JAYALAH IMM, SELAMAT MILAD 50 TAHUN



No comments:

Post a Comment