ETOS ULUL ALBAB, Madrasah trilogi IMM Jateng di PC IMM Purworejo
pada setengah abad IMM
oleh : DPD IMM Jateng dan PC IMM Purworejo
Dalam rangka milad IMM yang setengah abad IMM, DPD IMM JAWA TENGAH melalui bidang riset dan keilmuan-nya mengadakan madrasah trilogi 2 yang bertempat di PC IMM Purworejo. Tepat 50 tahun pada tanggal 14 Maret 1964 setengah abad silam tokoh pelopor Djasman Al Kindi beserta kawan-kawannya mempelopori pendirian organisasi ikatan ini. Tuan rumah penyelenggara untuk kesempatan kedua mengambil tema ”Tradisi Intelektualisme Ulul Albab, dalam menjawab tantangan zaman dan kemanusiaan dalam rangka mewujudkan keunggulan peradaban”. Dengan harapan nantinya dapat lebih mengasah intelektualitas kader ikatan dan menentukan bentuk gerakan intelektual ikatan setengah abad ke depan. Kemudian akan disajikan materi salah satu agenda kali ini dalam artikel kali ini sebagai berikut :
Orang-orang yang memiliki kedalaman ilmu berkata: “Aku beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari sisi Rabb kami. Dan tidak ada yang bisa mengambil pelajaran selain Ulul Albab.” Ali Imran : 7
Ulul Albab menurut pengertiannya adalah orang-orang yang memiliki akal sehat atau orang-orang yang memiliki pemikiran yang mendalam. Namun permasalahannya, intelektual seperti apakah yang dimiliki oleh Ulul Albab itu? Tentu saja dalam hal ini kita perlu kembali kepada Al-Qur’an, bagaimana sebenarnya Allah SWT mensifati Ulul Albab itu.Karena kalau tidak, bisa jadi kita salah memahami Ulul Albab karena hanya berpatokan kepada definisi kebahasaan, seperti jika ada yang memahaminya dengan makna orang-orang yang menggunakan akal namun secara bebas tanpa kendali.
Muara Kebangkitan Umat
Untuk membangkitkan suatu umat atau sebuah peradaban menuju kejayaan maka yang terlebih dahulu mesti digugah adalah kesadaran intelektualnya. Inilah yang menjadi hikmah bahwa wahyu Ilahi yang akan diemban sebagai amanah risalah oleh Rasulullah saw diawali dengan sebuah ayat yang mengharuskan dirinya untuk membuka cakrawala pikiran dan melakukan kerja intelektual, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan.” Al-Alaq : 1
Dalam mengemban amanah risalah yang suci itu, Rasulullah saw hadir di tengah-tengah umat sebagai penerang bagi gelapnya kejahiliyahan, menyelamatkan manusia dari penyembahan sesama makhluk menuju Tauhid, penyembahan kepada Sang Khaliq semata. Suasana kejahiliyahan saat itu disebabkan karena mereka tidak menggunakan akal sehat dalam memilih Tuhan. Oleh karena itu, Al-Qur’an seringkali dalam menanamkan Aqidah kepada umat, menggugah kesadaran akal mereka terlebih dahulu. Ini membuktikan bahwa untuk mencapai sebuah keyakinan yang benar maka mesti dengan pemahaman yang benar dan pemahaman yang benar itu dicapai melalui proses intelektual. Dalam hal ini misalkan Allah SWT menyebutkan bagaimana Nabi Ibrahim as menjelaskan kepada umatnya sebuah proses intelektual dalam mencari tuhan hingga sampai pada titik Tauhid.
Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan kembali Al-Aqsha pada tahun 1187 yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan salib selama 88 tahun, tidak muncul secara tiba-tiba atau sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Majid Irsan Al-Kilani dalam Bukunya “Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib”. Menurutnya, bahwa Shalahuddin adalah produk sebuah generasi baru yang telah dipersiapkan oleh para ulama yang hebat. Dua ulama besar yang disebut berjasa besar dalam menyiapkan generasi baru itu adalah Imam Al-Ghazali dan Abdul Qadir Al-Jilani.
Menurut Dr. Majid Irsan Al-Kilani, dalam melakukan upaya perubahan umat yang mendasar, Al-Ghazali lebih memfokuskan pada upaya mengatasi masalah kondisi umat yang layak menerima kekalahan. Di sinilah, Al-Ghazali mencoba mencari faktor dasar kelemahan umat dan berusaha mengatasinya, ketimbang menuding-nuding musuh. Menurut Al-Ghazali, masalah yang paling besar adalah rusaknya pemikiran dan diri kaum muslim yang berkaitan dengan akidah dan kemasyarakatan. Al-Ghazali tidak menolak perubahan pada aspek politik dan militer. Tetapi yang dia tekankan adalah perubahan yang lebih mendasar, yaitu perubahan pemikiran, akhlak dan perubahan diri manusia itu sendiri. Tahap kebangkitan dan pembenahan jiwa ini tidak dapat dilakukan tanpa melalui pemahaman keilmuan yang benar. Ilmu adalah asas dari pemahaman dan keimanan. Ilmu yang benar akan menuntun kepada keimanan yang benar dan juga amal yang benar. Ilmu yang salah akan menuntun pada pemahaman yang salah dan amal yang salah pula.
Uraian di atas adalah di antara bukti bahwa impian kejayaan umat harus dibangun dengan tradisi intelektual dan tradisi ilmu. Oleh karena itu, di setengah Abad yang kedua ini, DPD IMM Jateng bersama IMM Se-Jawa Tengah mencoba untuk merumuskan sebuah konsep perjuangan yang berangkat dari semangat untuk menghadirkan sebuah kejayaan peradaban Islam di mana umat saat ini sedang dalam keadaan terpuruk yang tak jauh berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, yang dengan mudahnya kekuatan mereka diruntuhkan oleh penguasa-penguasa zalim. Sehingga dengan semangat generasi Ulul Albab tersebut, satu persatu permasalahan umat dapat terselesaikan.
Kegiatan ini diikuti sejumlah perwakilan dari 6 Pimpinan cabang IMM se-jateng yaitu purworejo, sukoharjo, kebumen, magelang, surakarta, dan klaten dengan jumlah peserta 25 kader. Harapan dari selesainya agenda ini akan lahir generasi ulul albab yang nantinya dapat menggantikan pemegang tongkat estafet dari generasi tua yang sudah memimpin bangsa ini. Adapun follow up dari kegiatan kali ini ditentukan untuk pemuatan tulisan kawan kader jateng dalam buku yang bertajuk ulul albab versi Kader IMM Jateng. Fastabiqulkhoiroot...
No comments:
Post a Comment