Meneladani Kepemimpinan Tokoh-tokoh Muhammadiyah
Tokoh yang kedua, yang sudah cukup kita kenal, paling tidak di layar kaca televisi, beliau adalah tokoh yang paling lama memimpin Muhammadiyah: Bapak AR Fachruddin. Maaf, di mata saya, Pak AR adalah satu-satunya seorang ketua PP Muhammadiyah yang sampai akhir hayatnya tidak memiliki rumah pribadi, hidup dengan sangat sederhana, dan segala kekuatan yang beliau miliki disumbangkan sepenuhnya untuk dakwah Islam. Seluruh tenaga, ilmu bahkan hartanya yang tidak seberapa disumbangkannya untuk kepentingan Islam.
Pak AR, saya sebut, adalah orang yang paling zuhud. Kalau beliau diminta ceramah di suatu tempat dan mendapatkan amplop, biasa-nya isinya habis diberikan kepada para karyawan kantor PP Muhammadiyah yang gajinya masih sangat kecil.
Para pengurus PP Muhammadiyah kalau sakit biasanya dilayani oleh Rumah Sakit Muhammadiyah, di Jogja oleh RSU PKU Mu-hammadiyah Yogyakarta dan kalau di Jakarta oleh Rumah Sakit Islam Jakarta. Suatu kali Pak AR sakit dan akan melakukan operasi Katarak. Pak AR tidak ingin PP Muhammadiyah tahu tentang sakitnya itu sehingga ia diberi fasilitas pengobatan gratis di RSU PKU. Namun, sebuah kelompok pengajian kecil di dekat rumahnya mengetahui dan mengumpulkan uang untuk membantu biaya operasi. Dari mereka terkum-pul uang sebanyak 600 ribu rupiah yang kemudian diserahkan kepada Pak AR.
Ketika selesai operasi, pengurus kelompok pengajian tadi diundang Pak AR. Beliau meng-ucapkan terima kasih dan menyerahkan sebuah bingkisan kepada pengurus pengajian tersebut yang ternyata isinya uang 300 ribu. Uang tersebut adalah sisa biaya operasi bantuan dari kelompok pengajian tersebut. Pak AR mengembalikan sisanya karena biaya operasinya hanya 300 ribu.
Suatu kali beliau didampingi oleh H. Ahmad Dimyati, seorang tokoh Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, menghadiri suatu acara Muhammadiyah di daerah Jawa Tengah. Oleh Panitia tempat tidur mereka berdua ditempatkan di sebuah ruang kelas di lantai yang diberi kasur. Pak Dimyati merasa penasaran, masak seorang ketua PP tidurnya ditempatkan hanya di lantai yang diberi kasur. Ketika Pak Dimyati bermak-sud mencari panitianya untuk mengadukan masalah ini, Pak AR dengan santai malah mengatakan: “Sudahlah, dengan begini saya malah enak, tidak mungkin jatuh dari tempat tidur”.
Inilah profil tokoh kita yang bernama AR Fachruddin. Bukan main kesederhanaan beliau. Sekarang ini kita kesulitan menemukan orang-orang yang seperti itu. Kalau toh ada hanya segelintir. Padahal Muhammadiyah telah ber-kembang sedemikian luas.
No comments:
Post a Comment