Oleh: Jannah Rauhiyatul*
Awalnya memang terasa sulit, ketika kita menginginkan anak-anak kita mengidolakan Rasulullah Saw. junjungan kita. Justru anak-anak lebih mengenal Superman, Spiderman atau malah Spongebob. Alasannya gampang, karena tokoh-tokoh tersebut bisa mereka saksikan lewat animasi, sedangkan Rasulullah hanya mereka kenal lewat teks book, atau bahkan hanya dari cerita bundanya.
Jarak beratus tahun dan gambaran yang samar-samar bagi anak-anak, membuat anak sulit membayangkan sebenarnya seperti apa sosok Rasulullah Saw. tersebut. Bahkan tidak dipungkiri, orang dewasa saja sulit membayangkan siapa Rasulullah Saw.
Sedangkan tokoh heroik yang nyatanya fiktif, lebih mendarah daging dalam imajinasi mereka. Sekeras apapun usaha kita membuat anak-anak faham, bahwa mereka sebenarnya tidak berwujud, cuma khayalan.
Sebenarnya ini adalah kisah nyata pribadi, bagaimana berusaha menjadikan Nabi Muhammad menjadi hebat dimata anak lelaki berusia 5 tahun. Berawal dari keinginan menanamkan pada anak, kisah yang nyata, kekasih manusia dan penuh hikmah. Maka dalam menyajikan kisah tersebut, butuh kerja keras meramu kata. Hingga akhirnya Nabi Muhammad Saw. hebat dimata anak.
Bertolak dari pemikiran, kalau ingin anak menjadi jujur, jangan jejali anak dengan dusta. Memberikan kisah yang fiktif pada mereka, kemudian mereka menjadi sangat gandrung. Padahal didalam kisah tersebut, sulit menemukan makna. Nilai apa sebenarnya yang ingin disampaikan, karena tertutupi oleh jalan cerita yang terlalu heroik bahkan overload untuk otak anak-anak, terutama pra sekolah. Dan tidak jarang, dalam versi film nya, tokoh heroik tersebut terlibat kisah cinta yang semakin sulit dipahami anak dan meracuni pikiran mereka.
Kemudian setelah menyadari bahwa sebenarnya kisah tersebut, tidak bermafaat untuk anak, kita berusaha keras mengatakan bahwa tokoh yang mereka gandrungi sebenarnya tidak ada. Hanya tokoh khayalan. Bukankah anak akan berpikir keras, apakah ini dusta?
Tentu reaksi pertama yang terjadi pada anak, mereka akan protes. Bagaimana tidak, tokoh yang selama ini sering sekali mereka lihat, dalam film, animasi bahkan komik, da terasa begitu nyata, tahu-tahu di dikte adalah bohong belaka.
Semakin keras memaksa anak melupakan atau menghapus penokohan dari otak mereka, maka akan semakin keras pula penolakan mereka. Anak semakin menantang membuktikan, kalau jagoan mereka benar adanya.
Tapi, membiarkan mereka tetap berada dalam khayalan, juga cukup beresiko. Ada sebuah kasus yang terjadi di Kalimantan, ketika seorang anak melompat dari lantai 2 balkon rumahnya. Anak terjatuh dengan sebuah kain terikat di bagian belakang badannya, mirip dengan salah satu tokoh. Alasannya sederhana, dia ingin menjadi tokoh tersebut.
Bukankah hal yang membuat hati miris, ketika anak terobsesi menjadi tokoh yang tidak ada, bahkan membuat mereka berada dalam bahaya. Nilai-nilai yang kemudian mereka adopsi pun adalah nilai yang kebanyakannya tidak pantas untuk seusianya. Lumrahnya setiap anak akan sulit menyerap makna dari cerita dengan melibatkan banyak penokohan. Apalagi dengan jalan cerita yang berbelit.
Tidak bisa dipungkiri kalau setiap orangtua ingin agar anak menjadi jauh lebih baik dari orang tuanya. Baik dari segi prestasi akademik maupun perkembangan mental dan akhlak. Semua orang tua bermimpi kalau anaknya bisa bahagia kelak. Dan pasti akan bangga jika anaknya memiliki kecintaan akan agama di usianya yang belia.
Rasulullah Saw. adalah bagian tidak terpisahkan dari agama Allah. Beliau adalah panutan dan pembawa mukjizat terakhir yaitu Al-qur’an dan Islam. Setiap muslim punya kewajiban cinta terhadap beliau, terhadap kekasih Allah, dan itu melebihi dirinya sendiri. Cinta pada Rasulullah adalah keharusan bukan pilihan.
Tidak kenal maka tidak cinta, itu benar adanya. Bagaimana kita mencintai Rasulullah Saw. Jika kita tidak mengenal sosok Rasulullah yang terpisah oleh jarak ribuan tahun dengan kita. Menyusuri sirah nabi adalah satu solusi.
Banyak literatur yang bisa menjadi acuan dan bacaan wajib. Mulai dari literatur sejarah kehidupan dan perjalanan Rasulullah. Hingga dokumentasi berbagai situs bersejarah warisan Rasulullah dan nabi-nabi terdahulu. Seperti Ka’bah, Masjid Nabawi, Hajar Aswad, Sumur Zam-zam dan masih banyak lagi. Jaman sudah semakin canggih, bahkan dunia maya pun menyajikan banyak bahan pembuktian tentang islam dan kebenarannya.
Sebagai orang tua, kita adalah contoh bagi anak. Mulailah dari diri kita sendiri. Ketika kerinduan kita sendiri sudah membuncah akan Rasulullah Saw. Maka akan mudah bagi kita memulainya pada anak. Katakan pada buah hati kita, tentang kecintaan kita pada sosok Rasulullah Saw. Ucapkan dengan bahasa mereka bagaimana kita sangat merindukan Rasulullah Saw.
Anak tentunya penasaran, siapa dia yang dirindukan ayah dan bundanya. Hebatkah orang tersebut. Anak akan mulai bertanya, siapa dia? Dan dimana? Jika rasa penasaran dalam diri anak mulai muncul, disitulah jalan bagi kita mengenalkan diri Rasulullah Saw. pada anak.
Berceritalah dengan diawali perjalanan Rasulullah Saw yang paling heroik dimata anak. Semisal kisah dimana Saidina Abubakar ra. Digigit ular dan Rasulullah Saw. mengobatinya. Bukankah itu hebat dimata anak-anak? Rasulullah Saw. pasti adalah orang sakti, begitu pikir anak.
Atau kisah dimana Saidina Ali Bin Abi Tholib ra. Pemuda yang sangat berani menggantikan tempat Rasulullah untuk menipu penjahat Quraisy. Dan disitu pula dikisahkan bahwa Rasulullah Saw. berhasil mengelabui para penjahat dan kabur. Bukankah itu juga heroik?
Anak tentu akan semakin kagum dengan sosok Rasulullah dan sahabat-sahabatnya yang begitu setia. Buatlah kata-kata berima dan menyenangkan di telinga anak. Kita akan melihat bagaimana anak akan terkagum-kagum dan semakin penasaran, dengan tokoh baru yang diceritakan ayah dan bundanya.
Dan tentu saja ini nyata. Ini kisah panutan hidup yang harus dicontoh oleh setiap muslim. Bagaimana Rasulullah adalah seorang panglima perang yang hebat, bagaimana Rasulullah adalah pedagang dan penggembala kambing yang jujur dan rendah hati. Tentang bagaimana sahabat-sahabatnya yang setia. Kasih sayang Rasulullah Saw. kepada semua orang didekatnya. Masih banyak sekali kisah-kisah heroik yang terjadi sepanjang perjalanan kehidupan rasulullah Saw. Kisah yang kaya akan hikmah.
Tidak ada nilai negatif dari sirah nabi. Dan tidak ada dusta disana. Semuanya nyata. Kebenaran yang sejak sekarang anak-anak harus tahu kenyataannya. Jangan menunda mengenalkan siapa Rasulullah ketika anak sudah beranjak dewasa. Saat itu sudah banyak polutan yang masuk ke dalam otak mereka.
Menjadikan anak mengidolakan Rasulullah Saw. Adalah benteng yang kokoh untuk pondasi akhlak mereka dimasa yang akan datang.
* Penulis adalah simpatisan Muhammadiyah di Samarinda.
* Penulis adalah simpatisan Muhammadiyah di Samarinda.
No comments:
Post a Comment