Sunday, May 25, 2014

Tanwir Muhammadiyah Pencerahan Membawa Kemajuan

Oleh ; Muchlas Abror 
Tanwir adalah sebuah nama rapat permusyawaratan yang terdapat dalam Muhammadiyah. Tanwir yang  diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tentu mempunyai kedudukan penting. Karena keputusannya hanya setingkat di bawah Muktamar. Dalam satu masa jabatan PP Muhammadiyah, Tanwir sekurang-kurangnya diselenggarakan tiga kali. Dua tahun yang lalu, pada tanggal21 - 24 Juni 2012, PP Muhammadiyah (2010 - 2015) mengadakan Tanwir di Bandung. Dalam bulan ini, PP Muhammadiyah akan menyelenggarakan Tanwir di Samarinda, pada tanggal 23 - 25 Mei 2014. Tanwir terakhir dalam periode sekarang dapat dipastikan dilaksanakan menjelang Muktamar ke-47 tahun depan, 2015, di Makassar.

Tanwir Muhammadiyah yang pertamakali di Ibukota Kalimantan Timur ini mengambil tema "Dakwah Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan". Tanwir di Samarinda, sebagaimana dalam lampiran undangan Tanwir dari PP Muhammadiyah, memiliki momentum penting dan strategis atas dua alasan. Jika diringkas dapat disebutkan sebagai berikut: Pertama, Muhammadiyah memasuki fase akhir dalam menuntaskan amanat Muktamar ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta menuju Muktamar ke-47 tahun 2015 di Makassar. Kedua, pertalian situasi dengan kondisi dan dinamika perkembangan Indonesia yang pada tahun 2014 telah menyelenggarakan Pemilu untuk legislatif dan kemudian akan diikuti pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang akan menentukan kepemimpinan bangsa dan negara lima tahun ke depan.

Kita harus sadar diri. Kita adalah kaum Muslimin dan menjadi warga Muhammadiyah. Sebagai Muslimin, kita harus memahami dan sadar bahwa Islam adalah agama dakwah. Sebagai warga Muhammadiyah, kita juga harus memahami dan sadar bahwa Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang secara tegas menamakan dirinya gerakan dakwah dan tajdid. Oengan demikian, kita, sebagai Muslimin dan warga Muhammadiyah, memikul atau mengemban tugas dakwah. Keberadaan dan kehadiran kita di mana pun dan kapan pun adalah untuk berdakwah dan tidak dapat melepaskan diri dari tugas dakwah. Kita tidak boleh jemu atau bosan berjalan di atas jalan dakwah. Kita hendaklah tetap dan berkesinambungan dalam jalan dakwah yang memang telah menjadi pilihan kita secara mantap.

Selain itu, kita pun harus sadar diri bahwa kita tinggal di Indonesia dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Kita bersama lainnya yang satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia harus senantiasa merasa dalam kebersamaan, baik dalam suka maupun duka. Muhammadiyah beserta segenap pimpinan, kader, dan warganya pasti tidak berlepas diri ketika melihat bangsa dan negara Indonesia menghadapi banyak persoalan dan tantangan. Sebagai organisasi yang sadar diri merasa ikut memiliki tanggung jawab, maka Muhammadiyah tentu tidak berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa. Muhammadiyah, sebagai gerakan dakwah dan tajdid, tentu merasa mendapat dorongan kuat untuk lebih meningkatkan diri berbuat aktif dan positif untuk mengatasi berbagai persoalan dan tantangan. Muhammadiyah telah dan akan memberikan sumbangan pemikiran, diminta atau pun tidak.

Tanwir, sebagaimana telah disebutkan pada permulaan tulisan ini, berasal dari bahasa Arab yang berarti pencerahan. Sementara itu, Muhammadiyah, sebagai gerakan Islam, meyakini Islam yang bersumber pada AI-Qur'an dan As-Sunnah dengan menggunakan akal pikiran sesuai jiwa ajaran Islam bila ajaran-ajarannya diamalkan secara baik akan membawa kemajuan. Muhammadiyah, sebagai gerakan dakwah dan tajdid, memang membawa dan menyebarluaskan Islam yang berkemajuan. Nah, karena itu, dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah dakwah pencerahan. Pencerahan sarna artinya dengan membawa kemajuan. Sejak awal didirikan Muhammadiyah berkehendak memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam kepada para anggotanya.

Di tengah dinamika perkembangan umat dan bangsa, Mu-hammadiyah hendaklah terus melakukan pencerahan melalui dakwah. Muhammadiyah tidak boleh berhenti memberikan pencerahan bagi kemajuan umat dan bangsa. Sebab, berhenti memberikan pencerahan sarna halnya turut membiarkan terjadinya perilaku penggelapan yang berakibat kemunduran. Bahkan lebih jauh dapat membawa kehancuran atau kebinasaan. Muhammadiyah tentu tidak menghendaki hal demikian terjadi. Kalau demikian, Muhammadiyah harus terus menerus mening-katkan dakwah pencerahan di masyarakat.
Di masa sekarang, dengan mudah kita dapat melihat dan bahkan ikut merasakan. Di tengah kehidupan masyarakat sedang terjadi penjungkirbalikan nilai-nilai. Kesalahan dipandang oleh mereka yang kehilangan pegangan hidup sebagai kebenaran. Kejahatan malah merupakan kebaikan. Korupsi yang merebak di mana-mana dipandang sebagai hal yang biasa. Politik uang yang dilakukan oleh banyak para caleg dalam Pemilu Legislatif yang baru lalu untuk meraih kemenangan diterima sebagian masyarakat sebagai kewajaran. Perilaku penyimpangan, penyelewengan, dan perselingkuhan makin lama diangap seolah tidak mengapa. Semua para pelakunya tidak merasa malu terhadap segala perbuatan yang mereka lakukan. Karena mereka terhadap apa yang dilakukan tidak merasa aneh. Yang terasa aneh di masyarakat sekarang ini, kalau di masyarakat masih ada orang yang amanah, dapat dipercaya, jujur, adil, dan lain-lain

Muhammadiyah harus terus berdakwah dan melakukan pen-cerahan tiada henti. Dakwah bil-hal, dakwah dengan perbuatan nyata. Selain itu, giat dan bersemangat melakukan pencerahan hati, pikiran, dan nilai-nilai perilaku di masyarakat. Semoga Indonesia selamat menjadi negara dan bangsa yang maju, adil, ma.kmur, bermartabat, dan berdaulat.(suaramuhammadiyah/SP).


No comments:

Post a Comment